Ford Curhat ke Thailand: Jangan Lupakan Teman Lama di Tengah EV

CNN Indonesia
Minggu, 04 Agu 2024 10:40 WIB
Ford mengaku tak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang disebabkan oleh pasar kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) yang berkembang pesat.
Ford mengakui tak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang disebabkan oleh pasar kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) yang berkembang pesat. (CNNIndonesia/Febri Ardani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ford yang memiliki pabrik produksi dan rantai pasok di Thailand meminta pemerintah meningkatkan upaya untuk membantu perusahaan-perusahaan di segmen mobil bermesin pembakaran dalam (ICE).

Hal ini dikarenakan mereka tak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang disebabkan oleh pasar kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) yang berkembang pesat.

Direktur Pelaksana Ford Thailand Ratthakarn Jutasen menyebut langkah-langkah termasuk pemotongan pajak dan subsidi untuk mempromosikan industri kendaraan listrik sudah diterapkan oleh pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurutnya, operator di sektor ICE belum melihat pemerintah untuk membantu mereka mengatasi masalah yang mereka hadapi.

"Para pengusaha bisnis yang terkait dengan ICE adalah teman lama pemerintah. Mereka membantu mengembangkan rantai pasokan otomotif untuk negara ini bertahun-tahun lamanya," kata dia, melansir Bangkok Post.

"Pemerintah harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka karena seluruh industri otomotif saat ini sedang lemah," imbuhnya.

Ford menginginkan pemerintah Thailand untuk meluncurkan langkah-langkah, terutama yang dapat mengatasi kondisi industri otomotif saat ini di Thailand, seperti mengatasi kriteria yang lebih ketat dari bank dalam pemberian kredit mobil di tengah perubahan industri otomotif domestik Thailand.

Pasalnya, kesulitan dalam mengakses pinjaman adalah salah satu faktor yang menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualan mobil domestik tahun ini.

Para produsen mobil global, bersama dengan Asosiasi Leasing Thailand, sebelumnya telah mendiskusikan masalah ini dengan Bank of Thailand (BOT) untuk mencoba mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini.

Para produsen mobil ingin bank sentral Thailand itu melonggarkan kampanye "pinjaman bertanggung jawab" yang diluncurkan untuk memerangi masalah utang rumah tangga yang melambung tinggi.

Pinjaman yang bertanggung jawab dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas utang rumah tangga dan mengurangi rasio utang dalam jangka panjang.

Sebagai informasi, rasio utang rumah tangga terhadap PDB di negara itu cukup tinggi, yaitu 91 persen.

Ford Thailand memperkirakan penjualan mobil domestik tahun ini mencapai 640 ribu unit, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 820 ribu-830 ribu unit, terutama karena pertumbuhan ekonomi Thailand yang lambat.

Penjualan mobil di negara ini selama paruh kedua tahun ini akan meningkat 12-13 persen, berkat pengeluaran anggaran negara, langkah-langkah stimulus dan pemulihan pariwisata yang berkelanjutan.

"Kami yakin volume penjualan akan mencapai 54 ribu hingga 55 ribu unit, sesuai dengan target," tutur Ratthakarn lebih lanjut.

Selama semester pertama, penjualan mobil dengan merek Ford mencapai 11.282 unit, menghasilkan pangsa pasar 8-9 persen. Dalam hal penjualan mobil, ia mengaku Ford mencapai angka tertinggi ketiga selama periode tersebut.

Sebelumnya, pemerintah Thailand gencar memberikan subsidi untuk kendaraan listrik untuk mendorong industri otomotif tanpa emisi. Namun strategi itu justru menimbulkan kekacauan di industri otomotif domestik Thailand.

Ada efek domino dari subsidi khusus EV itu, di antaranya sejumlah pabrik mobil konvensional gulung tikar. Selain itu berdampak menyebar ke seluruh rantai pasokan, yang menyebabkan penutupan banyak produsen suku cadang karena produsen kendaraan listrik China yang disubsidi mengabaikan pemasok komponen lokal.

Sejumlah pelaku industri di Thailand melaporkan bahwa lonjakan produksi mobil listrik yang disubsidi telah menyebabkan persaingan harga antara mobil listrik dan mobil bermesin konvensional.

Celakanya, Krisda Utamote Presiden Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand (EVAT) mencatat saat ini semakin banyak produsen kendaraan listrik China menanamkan investasinya di Thailand karena diimingi subsidi.

Sejak diperkenalkannya subsidi kendaraan listrik pada 2022, Departemen Cukai melaporkan 185.029 kendaraan listrik telah diimpor ke Thailand.Namun, data dari Departemen Transportasi Darat menunjukkan hanya 86.043 pendaftaran kendaraan listrik baru, yang menunjukkan adanya kelebihan pasokan setidaknya 90.000 unit.

"Kami mengalami kelebihan pasokan kendaraan listrik karena banyak kendaraan listrik yang diimpor dari China selama dua tahun terakhir masih ada di inventaris dealer," kata Krisda Utamote kepada Nikkei Asia.

[Gambas:Video CNN]



(del/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER