Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberi usulan kepada sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) otomotif untuk mengembangkan teknologi hybrid pada kendaraan Low Cost Green Car (LCGC).
Dodiet Prasetyo Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin dan Alat Transportasi (Ilmatap) mengatakan upaya itu dilakukan agar menciptakan kendaraan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berusaha meningkatkan yang sudah efisien menjadi lebih efisien. Tentu saja kami mendorong para pabrikan LCGC untuk bisa menyematkan teknologi hybrid di situ," kata dia di Jakarta, Kamis (21/11).
Saat ini hanya ada tiga peserta program LCGC, yaitu Daihatsu, Honda dan Toyota. Dua produsen lainnya, Datsun (Nissan) dan Suzuki, sudah memutuskan pensiun pada 2020 dan 2021.
LCGC alias Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar Harga dan Terjangkau (KBH2) alias saat ini sudah bermunculan model baru. Hal ini disebut Dodiet menjadi momentum pabrikan otomotif untuk menyematkan teknologi hybrid di LCGC.
Ia menjelaskan teknologi hybrid yang disematkan pada LCGC bisa bermacam-macam. Bisa dalam bentuk murni hybrid maupun mild hybrid.
Menurut Dodiet, model LCGC yang disematkan komponen hybrid seperti motor listrik dan baterai hanya menambah ongkos produksi tak sampai Rp50 juta per unit.
Nilai tersebut dinilai Dodiet masih terbilang murah, sehingga apabila disematkan hybrid pada LCGC tak akan terjadi lonjakan harga yang signifikan.
"Artinya apabila itu disematkan di teknologi KBH2 tentu saja lonjakan harganya tidak sedemikian banyak," tuturnya.
Disinggung soal kapan penerapan hybrid di LCGC bisa diterapkan, dia berharap tahun depan.
"Posibility-nya ada [tahun depan], karena ini termasuk lingkup jenis baru artinya harapan pemerintah bagaimana menurunkan emisi," tutupnya.
(can)