Sejumlah produsen mobil China menerapkan strategi banting harga jual di Indonesia. Harganya yang dipangkas tak tanggung-tanggung nilainya hingga puluhan juta rupiah untuk menarik minat beli masyarakat.
Donny Saputra, Deputy Managing Director Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengatakan "perang harga" merupakan hal biasa untuk menyikapi ketatnya persaingan antar merek otomotif. Kendati demikian, pihaknya sangat hati-hati ketika ingin memangkas harga kendaraan.
"Kalau dari kami sendiri, kami beranggapan bahwa kualitas produk dan layanan itu yang harus kami jaga dengan baik. Jadi sampai dengan saat ini kami tidak berencana untuk memangkas harga dari model-model kami. Untuk program penjualan mungkin ada, tapi untuk memangkas harga tidak," kata Donny ditemui akhir pekan lalu di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurut Donny, fenomena persaingan harga mobil memang bukan hal baru di industri otomotif nasional. Suzuki menganggap tren ini sudah terjadi sejak beberapa dekade lalu, namun menjadi lebih mencolok sekarang karena makin banyaknya pemain di satu segmen.
"Mohon maaf, kalau menurut saya pricing itu dalam arti lebih sempit lagi price war sudah ada tidak hanya sekarang ini. Dari tahun 80-an pun sudah ada perang harga antar-merek. Mungkin sekarang terlihat karena pemainnya banyak, satu segmen bisa di-serve lebih dari 8 atau 9 model, sehingga seolah-olah terjadi kompetisi yang kuat," ucapnya.
Suzuki menilai bahwa kompetisi seharusnya tidak hanya dilihat dari sisi harga semata. Donny menjelaskan bahwa ada banyak aspek lain yang juga bisa dioptimalkan untuk memenangkan pasar.
"Ya memang, salah satu bentuk kompetisi adalah di pricing. Tapi kan kompetisi tidak hanya di pricing saja. Kompetisi ada di produk, ada di pelayanan, ada di layanan purna jual dan lain sebagainya," ujarnya.
Saat ditanya apakah tren pemangkasan harga tersebut dianggap sebagai ancaman, Suzuki menyebut bahwa hal itu merupakan strategi masing-masing pabrikan. Mereka memilih untuk tetap fokus pada keunggulan nilai produk.
"Menurut kami ini adalah strategi korporasi masing-masing merek. Apakah merek Jepang yang lain ikut melakukan hal tersebut? Kami melihat bahwa kami tidak akan melakukan hal tersebut selama kami masih menjaga value yang kami deliver kepada konsumen melalui produk kami," tukas Donny.
Donny menegaskan Suzuki tak akan melakukan pangkas harga hanya demi mengejar target jangka pendek. Komitmen terhadap kepuasan konsumen dinilai lebih penting dalam jangka panjang.
"Kami tidak akan mengorbankan kualitas dalam hal ini adalah kualitas produk maupun kualitas layanan kami hanya untuk memangkas harga demi kepentingan jangka pendek dibandingkan dengan hubungan yang akan kami jalin kepada konsumen secara jangka panjang," ucapnya.
Sementara itu, Donny melihat diskon harga jual kendaraan juga tidak terbukti meningkatkan volume penjualan.
"Ya, kalau kita lihat ini kan seolah-olah sekarang ini yang terjadi adalah kuenya secara ukuran mengecil akan tetapi potongannya menjadi lebih banyak dalam artian secara market mengecil tapi yang bermain lebih banyak," jelasnya.
Suzuki mengaku akan terus fokus membedakan diri dari para pesaing dengan menawarkan nilai tambah melalui produk dan layanan berkualitas, bukan sekadar lewat potongan harga.
"Menurut kami salah satu hal kunci yang penting untuk kami lakukan adalah bagaimana kami mendiferensiasi atau membedakan diri dengan merek lain tidak serta-merta dengan masalah harga saja tapi bagaimana kami meningkatkan kualitas produk kami dan layanan kami baik layanan penjualan maupun layanan purna jual," tutup Donny.
(job/mik)