Suzuki menyampaikan pesan terkait kondisi pasar Tanah Air terhadap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang saat kunjungan kerja ke Jepang untuk menghadiri World Expo 2025 di Osaka.
Osamu Suzuki, Chairman Suzuki Motor Corporation mengatakan pasar otomotif di Indonesia, khususnya kendaraan niaga ringan sedang mengalami perlambatan dan sangat mengkhawatirkan, bahkan ia menyebut dampak buruknya menghantam penjualan Carry.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer Carry selama Juni 2025 hanya 1.608 unit.Angka tersebut turun cukup signifikan dari Mei yang memperoleh pengiriman ke dealer sebanyak 2.307 unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Osamu tetap berkomitmen mendukung pasar Indonesia dan menyambut baik arahan pemerintah untuk tidak melakukan PHK, demikian mengutip keterangan tertulis Kementerian Perindustrian, Senin (14/7).
Menanggapi itu Agus menyampaikan pemerintah sedang mengevaluasi berbagai kebijakan untuk merangsang kembali permintaan kendaraan niaga, termasuk melalui skema pembelian pemerintah daerah dan insentif fiskal untuk UMKM.
Sementara itu, pihak Toyota Motor Corporation (TMC) dalam pertemuan tersebut juga menyampaikan aspirasi penting kepada Agus.
Pihak Toyota mengapresiasi adanya relaksasi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk kendaraan hybrid. Saat ini, beberapa varian hybrid Toyota seperti Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross sudah mencapai TKDN di atas 40 persen, namun mereka mengusulkan agar regulasi TKDN untuk kendaraan elektrifikasi lebih fleksibel guna menarik investasi dan mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan.
Agus bilang pemerintah terbuka untuk mendiskusikan relaksasi TKDN secara selektif dengan tetap menjaga arah kebijakan industrialisasi dalam negeri.
"Kami akan pelajari permintaan tersebut, karena prinsipnya kami ingin membangun industri otomotif nasional yang kuat namun juga kompetitif secara global," ujar Agus.
Agus menambahkan kolaborasi antara pemerintah dan prinsipal otomotif sangat penting, terutama dalam menghadapi transisi elektrifikasi, tantangan global, serta menjaga keseimbangan antara produksi lokal dan ekspor.
Kata Agus pertemuan-pertemuan strategis ini menjadi bagian atas upaya pemerintah Indonesia memperkuat diplomasi industri, menciptakan iklim investasi yang kondusif, serta menjaga keberlanjutan dan kinerja sektor otomotif nasional yang berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor manufaktur.
"Pasar otomotif Indonesia sangat besar, dan industri ini telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Kami harus jaga bersama agar tidak terjadi guncangan di sektor ini," ucap Agus.
(ryh/mik)