Penjualan LCGC Merosot Tajam
Pasar mobil harga terjangkau dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) tengah memasuki masa sulit. Setelah sebelumnya berhasil menjadi tulang punggung perusahaan, kini penjualan LCGC terjun bebas.
Kondisi ini tercatat dalam data wholesales atau pengiriman dari pabrik ke dealer Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) model LCGC periode Januari hingga Juni 2025.
Distribusi mobil LCGC dari tiga merek yaitu Toyota, Daihatsu, dan Honda selama semester pertama 2025 berjumlah 64.063 unit. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun kemarin, terjadi penurunan 28,5 persen, dari sebelumnya 89.643 unit.
Lihat Juga : |
Penjualan turun lebih dalam bila ditinjau secara bulanan, atau Juni 2025 dibanding Juni 2024, mencapai 49 persen. Pada Juni 2025, wholesales LCGC berhenti pada angka 7.762 unit, sedangkan Juni 2024 berjumlah 15.252 unit.
Meski pasar turun bebas, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyatakan komitmen untuk tetap mendukung produsen LCGC dengan memberi insentif hingga 2031.
Insentif yang diberikan adalah pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tetap tiga persen, padahal semestinya 15 persen.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan keputusan ini diambil untuk menjaga keterjangkauan kendaraan bagi masyarakat serta mendukung transisi elektrifikasi secara bertahap.
"Program LCGC terbukti berhasil meningkatkan kepemilikan kendaraan masyarakat dan mendukung industri otomotif nasional. Oleh karena itu, insentif untuk LCGC akan kami lanjutkan hingga 2031," kata Agus dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (14/7).
Agus menambahkan keputusan ini diharapkan memberikan kepastian jangka panjang bagi prinsipal dan pelaku industri untuk terus memproduksi dan mengembangkan kendaraan hemat energi di dalam negeri.
Penjualan dan model terlaris Januari-Juni 2025
Januari: 12.324 unit
Februari: 13.618 unit
Maret: 12.726 unit
April: 9.087 unit
Mei: 8.546 unit
Juni: 7.762 unit.
1. Daihatsu Sigra 21.029 unit
2. Honda Brio Satya 18.233 unit
3. Toyota Calya 14.359 unit
4. Daihatsu Ayla 6.434 unit
5. Toyota Agya 4.008 unit.
Cerita singkat LCGC sejak 2013
Program LCGC di Indonesia telah bergulir sejak 2013 dengan payung hukum Peraturan Menteri Perindustrian No. 33/M-IND/PER/7/2013 tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau.
Pemerintah menetapkan syarat khusus bagi produsen yang hendak ikut program ini, di antaranya soal mendorong efisiensi produk minimal 20 km per liter, kapasitas mesin 980-1.200 cc, logo yang mencerminkan Indonesia, hingga harga jual yang diatur tak lebih Rp100 juta.
Jika mengikuti ketentuan tersebut, mobil-mobil LCGC berhak tak dibebankan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM alias nol, dari seharusnya 15 persen.
Makin ke sini, mobil-mobil LCGC terus mengalami peningkatan terutama dari sisi spesifikasi dan fitur yang membuat banderolnya tak lagi mengikat pada angka Rp100 juta. Kenaikan harga juga dilandasi faktor lain seperti inflasi, hingga kenaikan harga bahan baku material.
Saat ini mobil-mobil LCGC telah dikenakan PPnBM sejak 2021 sebesar 3 persen dari seharusnya 15 persen.
Produsen pembuat LCGC juga telah menyusut, hanya menyisahkan Toyota (Calya-Agya), Daihatsu (Sigra-Ayla), dan Honda dengan Brio Satya mereka. Sebelumnya sempat ada Datsun dan Suzuki yang memasarkan produk LCGC di Indonesia.
(ryh/mik)