Hyundai tengah mengalami masalah aksi mogok kerja di tiga pabriknya di Korea Selatan (Korsel) selama sepekan terakhir. Serikat buruh pabrik melakukan mogok kerja untuk menyuarakan tiga hal utama yaitu kenaikan gaji, pemangkasan jam kerja dan penambahan usia pensiun.
Total 42 ribu anggota serikat pekerja sepakat mogok kerja selama dua jam pada 3-4 September dan empat jam pada 5 September 2025. Tiga lokasi yang jadi sasaran protes meliputi pabrik Hyundai di Jeonju, Asan, dan pabrik pusat di Ulsan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal upah, mereka menuntut kenaikan gaji pokok per bulan sebesar 141.300 won atau sekitar Rp1,6 juta (kurs Rp11 per 1 won), ditambah alokasi 30 persen laba bersih perusahaan ke tunjangan kinerja khusus.
Selain itu mereka juga menuntut pengurangan jam kerja dari 5 hari menjadi 4,5 hari seminggu, serta perpanjangan usia pensiun dari yang awalnya 60 tahun menjadi 64 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan antara pekerja untuk melakukan mogok diambil usai gagalnya perundingan terakhir dengan manajemen pada Selasa (2/9). Perusahaan sudah menawarkan gaji, bonus dan tunjangan dalam perundingan ini, tetapi nominalnya dianggap tidak memenuhi harapan pekerja.
Oleh karenanya, pekerja melakukan pemungutan suara internal dan hasilnya 86 persen anggota setuju melakukan aksi mogok sampai tuntutan dipenuhi.
Aksi mogok penuh ini merupakan yang pertama kali sejak 7 tahun terakhir. Dikarenakan menyasar pabrik-pabrik kunci Hyundai, aksi ini diperkirakan akan berdampak pada rantai produksi.
Pabrik Ulsan adalah pabrik mobil tunggal terbesar di dunia, memiliki dermaga sendiri, dan memproduksi berbagai model mulai dari Elantra, Palisade, Ioniq 5, hingga lini mobil mewah Genesis seperti G70, G80, G90, serta SUV GV70 dan GV80.
Sementara pabrik Jeonju khusus memproduksi kendaraan komersial, sedangkan pabrik Asan membuat sedan seperti Sonata, Grandeur, Ioniq 6, dan Ioniq 9.
Berdasarkan laporan media lokal, The Korea Times, mogok massal ini disebut bakal memberi beban keuangan ke perusahaan. Sebagai perbandingan, pada aksi mogok pekerja Hyundai yang pernah terjadi 2016, perusahaan merugi sekitar 2,5 triliun won (sekitar Rp29,4 triliun) karena menyetop aktivitas produksi selama 166 jam.
Sebenarnya pada Juli tahun lalu Hyundai telah menaikkan gaji pekerja pabriknya sebesar 4,65 persen yang bahkan jadi kenaikan terbesar selama perusahaan berdiri. Lantas, apa yang membuat serikat pekerja kembali dan masih menuntut kenaikan gaji?
Lihat Juga : |
Para pekerja menginginkan hak kenaikan gaji mereka setelah melihat data rekor penjualan Hyundai di pasar Amerika Serikat. Rekor ini dibukukan berkat salah satu faktor utamanya perihal penjualan mobil listrik.
Volume penjualan Hyundai di Agustus 2025 naik 12 persen menjadi 88.523 unit sekaligus menandai pertumbuhan angka penjualan selama 11 bulan berturut-turut.
"Agustus adalah bulan yang luar biasa bagi kami, dengan penjualan ritel dan total penjualan jauh melampaui rekor sebelumnya. Kami sangat bangga dengan pencapaian rekor dari model-model kunci seperti Elantra HEV, Palisade, dan Ioniq 5 yang terus mendapat sambutan hangat dari pelanggan," ujar Randy Parker, CEO Hyundai Motor North America, dalam pernyataannya pada Rabu (3/9).
(fea/fea)