Toyota Khawatir Penjualan Mobil Indonesia Keok dari Malaysia
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengungkap kekhawatiran soal penjualan mobil baru dalam negeri menjelang tutup tahun yang tinggal menyisakan dua bulan. Hasil Indonesia diharapkan tetap lebih tinggi ketimbang negara tetangga Malaysia.
Bob Azam, Wakil Presiden TMMIN menyatakan pasar otomotif Indonesia harus mampu mencapai setidaknya 800 ribu unit tahun ini agar tetap berada di atas Malaysia. Bila total penjualan mobil jatuh di bawah angka tersebut, reputasi Indonesia sebagai pasar terbesar di ASEAN akan terganggu.
"Ya kami harapkan bisa 800 ribu unit, supaya kita di atas Malaysia, kalau kurang dari 800 ribu unit bahaya itu. Jadi image itu penting," kata Bob akhir pekan kemarin di Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025, ICE BSD Tangerang.
Andai penjualan mobil nasional kalah dari Malaysia tahun ini, Bob mengkhawatirkan ekosistem atau investasi otomotif Tanah Air berpotensi pergi.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil nasional hanya mencapai 635.844 unit selama 10 bulan pada tahun ini.
Menurut Just Auto yang mengutip data Malaysian Automotive Association (MAA), penjualan mobil di Malaysia pada Januari-Oktober 2025 mencapai 655.328 unit yang berarti sudah melewati Indonesia.
Pasar otomotif Malaysia, yang memiliki jumlah penduduk jauh lebih sedikit dari Indonesia, saat ini mengalami peningkatan signifikan. Bahkan angka penjualan mobil di Negeri Jiran terus kejar-kejaran dengan Indonesia.
Gaikindo sempat menetapkan target 900 ribu unit pada 2025, tetapi mengingat tahun ini tinggal dua bulan lagi berarti puluhan anggotanya mesti menjual setidaknya 264.156 unit atau 132.078 per bulan demi mencapai target.
Gaikindo pesimistis hal itu bisa tercapai dan sudah menyatakan bakal menurunkan target untuk tahun ini. Sejumlah hal menjadi faktor target penjualan mobil baru tak bisa terpenuhi, paling utama kondisi ekonomi masyarakat yang berpengaruh terhadap melemahnya daya beli.
"Kalau nomor 1 di Asia Tenggara itu gak di Indonesia lagi, nanti ekosistem khawatirnya pindah. Jadi penting sekali kita pertahankan reputasi untuk nomor 1 di Asean," kata Bob.
Bob lantas menyoroti langkah agresif sejumlah negara di kawasan yang memberikan berbagai stimulus untuk mendorong pasar otomotif domestik.
Vietnam, misalnya, menurunkan PPN untuk pembelian kendaraan, sedangkan Malaysia sudah memberikan insentif kepada pembeli mobil pertama sejak masa pandemi Covid-19.
"Negara lain itu aktif memberikan insentif," katanya.
Ia menambahkan industri otomotif selama ini memiliki efek ganda yang besar, sehingga perlu mendapat dukungan penuh pemerintah.
(ryh/fea)