2 Menteri Beda Pendapat Soal Insentif Otomotif Tahun Depan

CNN Indonesia
Rabu, 03 Des 2025 06:22 WIB
Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perindustrian punya pandangan berbeda soal insentif otomotif 2026.
Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perindustrian punya pandangan berbeda soal insentif otomotif 2026. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua pembantu Presiden Prabowo Subianto, yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, memiliki pandangan

berbeda dalam menentukan nasib insentif yang belakangan banyak diharapkan pelaku usaha guna menyelamatkan industri otomotif nasional.

Hal ini tercermin dari pernyataan dua menteri tersebut saat datang ke pameran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 pada Rabu (26/11) di ICE BSD, Tangerang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Airlangga menyatakan insentif tak bakal cair tahun depan. Dia beralasan industri otomotif dalam negeri sudah cukup kuat, terlebih saat ini penjualan banyak didukung pameran otomotif berskala nasional maupun internasional.

Atas dasar itu penjualan otomotif belum dirasa perlu memperoleh dukungan kebijakan fiskal pemerintah melalui insentif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Insentif (otomotif) tahun depan tidak ada," kata Airlangga saat itu.

"Karena industrinya sudah cukup kuat. Apalagi udah pameran di sini. Kuat banget," ucap Airlangga.

Berbeda dari penyataan Airlangga, Agus di hari dan tempat yang sama justru menyebut pihaknya sedang menggodok rancangan insentif buat industri otomotif tahun depan. Bagi Agus, industri otomotif adalah sektor penting dan menjadi salah satu andalan Indonesia.

"Ya, sekarang sedang kita susun, dan insentif otomotif itu menurut saya sebuah keharusan ya, karena sektor yang terlalu penting, sangat-sangat penting. SBIN (Strategi Baru Industrialisasi Nasional) strateginya kita melihat backward dan forward linkage dari setiap kegiatan manufaktur," kata Agus.

"Backward dan forward linkage paling besar itu ada di sektor otomotif. Jadi memang pemerintah itu, sudah seharusnya juga menyiapkan insentif buat sektor otomotif di tahun 2026. Jangan tanya jenis insentif-nya, bentuk insentif-nya itu sekarang sedang kita susun," terang Agus.

Otomotif 'cukup kuat' 

Kemenko Perekonomian kembali menegaskan industri otomotif Tanah Air 'cukup kuat', terbukti dari penjualan mobil listrik berbasis baterai yang meningkat sepanjang 2025.

Juru bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto menyampaikan penjualan mobil listrik saat ini naik menjadi 69.146 unit selama Januari-Oktober 2025. Selain itu Indonesia juga telah memperoleh beragam investasi baru.

"Kami berpendapat bahwa industri otomotif saat ini sudah cukup kuat. Hal ini dibuktikan dengan penjualan kendaraan listrik roda empat meningkat signifikan hingga 18,27 persen dari pangsa pasar tahun 2025 dan investasi untuk KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) sebesar Rp5,66 triliun di tahun 2025," kata dia Minggu (30/11).

Menurutnya juga kendaraan konvensional saat ini masih mendominasi pasar sekitar 80,6 persen. Pada sisi lain, penjualan sepeda motor dinilai tumbuh dari sisi domestik dan ekspor.

Dia mengatakan ekosistem industri otomotif telah bergerak stabil dan kompetitif. Berdasarkan kondisi tersebut, Pemerintah menilai ruang kebijakan dapat ditempatkan secara lebih strategis.

"Pertanyaannya, apakah masih diperlukan insentif jika suatu industri sudah cukup kuat? Kami melihat ruang kebijakan yang ada dapat mulai dipertimbangkan untuk memperkuat sektor-sektor prioritas lain yang membutuhkan dukungan lebih besar, sembari tetap menjaga momentum positif industri otomotif," ucap dia.

Haryo menambahkan sampai sekarang pihaknya belum menerima usulan resmi soal insentif otomotif untuk 2026 dari kementerian pembina sektor ini.

Walau begitu, senada dengan Airlangga saat di GJAW 2025, Haryo menyatakan kementeriannya tetap membuka ruang untuk pembahasan insentif bila ada usulan baru.

Keliru

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menyampaikan penjualan mobil listrik saat ini memang besar. Tapi, 73 persen atau sekitar 50.476 unit, yang terjual merupakan produk impor Completely Built Up (CBU).

Porsi besar ini dikatakan memberi nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja untuk negara lain, bukan di Indonesia.

Pada sisi lain, kendaraan produksi lokal, yang porsinya terbesar di pasar industri otomotif dalam negeri, menyusut signifikan yang disebut Kemenperin jauh di bawah jumlah produksi tahunan.

Febri menekankan keliru bila ada pernyataan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat berdasarkan fakta tersebut.

"Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di kala penjualan kendaraan EV impor naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari," ujar Febri di keterangan pers Kemenperin pada Minggu (30/11).

Selain itu Febri bilang ada banyak pameran otomotif yang digelar tahun ini bukan indikasi industri otomotif menguat. Menurut dia indikator kekuatan otomotif Indonesia cuma bisa disimpulkan berdasarkan data produksi dan penjualan.

"Banyaknya pameran otomotif di berbagai tempat Indonesia juga bukan ukuran industri otomotif sedang kuat. Sebaliknya, banyak pameran otomotif adalah upaya dan perjuangan industri untuk tetap mempertahankan demand di tengah anjlok penjualan domestiknya dan sekaligus melindungi pekerjanya dari PHK," ujar Febri.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sendiri telah merevisi target penjualan mobil pada 2025 menjadi hanya 780 ribu unit. Sebelumnya, Gaikindo menargetkan 900 ribu unit mobil terjual sepanjang tahun ini.

Proyeksi turun signifikan, mengingat kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat Tanah Air yang tengah melemah. Angka tersebut juga lebih kecil dari wholesales Januari-Desember 2024 yang mencapai 865.723 unit, sedangkan retailnya sebanyak 889.680 unit.

Di samping itu penjualan mobil baru Januari-Oktober 2025 hanya mencapai 634.844 unit. Ini turun 10,6 persen dibanding periode sama 2024.

Tak hanya Gaikindo, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) juga melaporkan penjualan roda dua yang tak bergerak signifikan periode 2025.

Distribusi sepeda motor ke dealer Januari-Oktober 2025 naik tipis menjadi 5.427.253 unit, sedangkan periode 10 bulan 2024 sebanyak 5.416.888 unit.

Febri menambahkan pihaknya memandang industri otomotif butuh insentif untuk membalikkan keadaan. Insentif ini juga dianggap penting guna memastikan pemulihan pasar dan menjaga keberlangsungan industri otomotif nasional.

(ryh/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER