Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Fahmi Idris tak yakin musyawarah nasional partainya akan digelar tahun 2015 seperti ucapan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. Usai mengumpulkan Dewan Pimpinan Daerah Golkar tingkat provinsi di kediamannya semalam (25/8), Ical menyatakan telah mendapat mandat dari seluruh Ketua DPD I Golkar untuk melaksanakan munas ke-9 pada tahun 2015.
“Soal Munas masih bisa berubah, sebab di dalam tubuh Golkar ada beberapa faksi,” kata Fahmi kepada CNNIndonesia, Selasa (26/8).
Tarik-menarik di internal Golkar makin dinamis pasca putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak gugatan Prabowo-Hatta. “Sebagai partai yang ikut kalah dalam Pemilu Presiden, Golkar memperoleh dampak negatif, baik secara eksternal maupun internal partai,” ujar Fahmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Menteri Perindustrian itu menyatakan, tak semua DPD I Golkar mendukung Munas digelar tahun 2015. Namun ia menolak menyebut DPD Golkar mana saja yang ingin Munas dipercepat tahun 2014 karena bisa membuat sejumlah orang di partainya terpojok.
“Pokoknya kondisi masih bisa berubah. Namanya saja dinamika,” kata Fahmi yang berniat mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Golkar di Munas mendatang.
Selain Fahmi, beberapa nama lain yang disebut punya niat berebut kursi Golkar 1 antara lain Wakil Ketua Umum Golkar yang juga Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, anggota Dewan Pertimbangan Golkar yang juga Menteri Perindustrian MS Hidayat, Wakil Bendahara Golkar yang juga Ketua Komisi VI DPR Airlangga Hartarto, dan Ketua DPP Golkar yang juga Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
Munas Golkar selain membahas soal ketua umum, juga terkait arah koalisi partai beringin itu ke depan, apakah akan tetap berada di koalisi Merah Putih bersama Prabowo atau berbalik merapat ke kubu Jokowi.
Polarisasi di tubuh Golkar juga diakui oleh Priyo Budi Santoso. Menurutnya, Golkar terbelah menjadi dua faksi besar. Satu memihak Ical, satu lagi memihak Jusuf Kalla yang kini menjadi wakil presiden terpilih mendampingi Joko Widodo. Kedua kubu terus menggalang kekuatan untuk memenangkan pertarungan di internal partai.
Meski demikian, ujar anggota Dewan Penasihat Golkar Luhut Binsar Panjaitan, JK tak ikut-ikutan dalam kisruh di Golkar. Kelompok pro-JK lah yang sekarang disebut-sebut aktif bergerak menghimpun kekuatan.