Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tengah memuncaki popularitasnya saat ini. Namun, gelombang dukungan ini bisa jadi membuat pasangan itu tergelincir dan turun, tergantung dari pemilihan menteri yang duduk di kabinet mereka nantinya.
Pengamat politik M. Qodari dalam wawancara dengan CNN Indonesia (20/10), mengatakan menteri pilihan Jokowi akan berpengaruh banyak dalam mempertahankan dukungan rakyat terhadap pemerintahannya.
"Apakah menteri yang dipilih Jokowi memberikan kepercayaan yang lebih baik dibanding pemerintahan SBY. Tentu saja itu akan memberikan tambahan modal politik untuk menghadapi tantangan ke depan. Tapi jika kualitasnya tidak baik, tentu opini publik akan bergeser," kata Qodari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, lanjut Qodari, yang akan menentukan popularitas Jokowi-JK ke depannya adalah susunan komisi di DPR yang akan ditentukan dalam beberapa hari lagi. Jika ada sapu bersih dari Koalisi Merah Putih, kemungkinan tensi politik akan kembali tegang.
"Hari ini tensi politik turun, bahkan adem, semua wacana skenario soal penggagalan pelantikan atau tidak hadirnya Prabowo semua tidak terbukti dan tidak terjadi. Tapi ketika bicara komisi, akan ada pergerakan politik yang baru," ujar Qodari.
Dalam susunan menteri nanti, Philips J. Vermonte pengamat politik dari CSIS mengatakan kabinet Jokowi tidak mungkin diisi oleh profesional semuanya, melainkan juga dari kubu partai politik.
"Partai politik juga ingin berkuasa, dalam arti ingin memenuhi kebajikan publik. Parpol ini berjuang selama lima tahun, dan reward-nya adalah jabatan presiden dan kabinet, jadi wajar jika diberi kursi," kata Philips.
Jokowi, lanjut Philips, harus memilih orang-orang di kabinetnya yang bersih dari catatan buruk dan dilakukan dengan transparan.
"Sepanjang punya kemampuan yang dibutuhkan tentu baik. Tidak punya catatan buruk, itu juga penting. Karena keseluruhan citra Jokowi itu dibangun dengan dasar transparansi. Catatan korusi relatif lebih bersih dibanding tokoh politik lain," lanjut Philips.