Jakarta, CNN Indonesia -- Petikan itu mengawali cerita Akbar Tanjung saat ditemui CNN Indonesia di kediamannya, awal September lalu. Menurut bekas orang nomor satu di Partai Beringin itu, Golkar dan Orba tak bisa terpisahkan. “Pun sebaliknya,” katanya.
Lahir 20 Oktober 1964, Golkar mengawali langkah di kancah politik Indonesia. Nafasnya, kata Akbar, adalah untuk mengimbangi kekuatan komunis yang kala itu agresif menyebar di kehidupan politik republik. “Kejayaan pertama direbut pada pemilihan umum 1971, dengan nama Sekretariat Bersama. Kami diuntungkan isu antikomunis Golkar merebut hati rakyat,” katanya.
Dalam kondisi digdaya kala itu, Sekretariat Bersama Golkar memperoleh 62,8 persen suara sehingga mendapatkan 236 dari 360 kursi anggota dalam DPR. Jumlah kursi ini masih ditambah dengan 100 kursi yang akan diisi anggota yang diangkat pemerintah. “Peserta pemilu kala itu sembilan partai plus satu sekber Golkar,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenangan perdana Golkar ini, kata Akbar, ditunjang banyak hal. Yang paling besar dukungan dari rezim Orde Baru -sebutan bagi periode kepemimpinan Soeharto yang resmi dilantik pada 1968.
“Pak Harto jelas membutuhkan dan berkepentingan terhadap Golkar sebab dalam asumsi saat itu, semua partai politik merupakan warisan Orde Lama,” kata lelaki kelahiran Tapanuli Tengah 69 tahun lalu itu kepada CNN Indonesia. Sadar tak sadar, kata Akbar, tujuan pendirian Golkar itu sebenarnya linier dengan tujuan Soeharto. Salah satunya gerakan anti PKI dan anti Orde Lama. ”Buktinya militer yang juga dalam penguasaan Pak Harto juga mendukung Golkar pada masa awal, secara total,” katanya. "Jadi sebenarnya birokrasi militer, ABRI, birokrasi pemerintahan, pegawai negeri, mendukung, ditambah lagi dengan kekuatan masyarakat yang anti kepada sistem pemerintahan Orde Lama.”
Menurut Akbar, saat itu keamanan dan kekuatan militer menjadi sebuah keniscayaan untuk menciptakan kesejahteraan secara ekonomi dan ketentraman. Orba adalah Golkar dan Golkar adalah Orba benar tercipta adanya. Dekapan Orba terhadap Golkar saat langsung dikomandoi Presiden Soeharto. “Saking eratnya saat muncul istilah, hanya ABG yang bisa langsung mendapat akses kepada presiden lima periode itu. A untuk ABRI, B itu Birokrasi dan dan G mewakili Golkar,” kata Akbar mengenang.
Semua berawal dari gilang gemilang pada pemilu 1971. Dengan kekuatan yang nyaris sempurna, Golkar mencetak kemenangan-kemenangan berikutnya. Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, hingga 1997. “Bayangkan kemenangan Golkar selalu di atas 60 persen dari total pemilih,” katanya.
Dengan kemenangan itu, kata Akbar, Golkar menjadi kekuatan politik super power selama 32 tahun Soeharto memimpin republik. Golkar tentu meraih jabatan-jabatan, posisi-posisi politik, yang mendapat dukungan dari pemerintah Orde Baru, dukungan birokrasi militer dan birokrasi sipil, menjadikannya superior. Soehardiman, pendiri Golkar bertutur sekuat ingatannya kepada CNN Indonesia.
Menurutnya apa yang dikemukakan Akbar benar adanya. Orde Baru dan Golkar adalah hal yang berkelindan. “Saling tunjang dan saling memanfaatkan itu hubungannya,” katanya.