Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama disarankan memiliki seorang psikolog dan penasihat politik sendiri untuk mengatasi kebiasannya mengucapkan kata-kata kasar di hadapan publik.
Menurut Psikologi dari Universitas Indonesia Dewi Haroen, pemimpin dan politisi seperti Ahok - panggilan Basuki Tjahaja Purnama - seharusnya tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas didengar di hadapan publik. Oleh karena itu, Dewi berharap Ahok dapat memperbaiki cara komunikasinya jika dibantu oleh psikolog, penasehat politik, atau juru bicara pribadi.
"Pak Ahok perlu juru bicara atau penasehat politik beliau. Atau Pak Ahok butuh psikolog yang bisa mengademkan beliau. Bagaimana pun di dunia ini politisi tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas," ujar Dewi ketika ditemui di kawasan Cikini, Jakarta, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama Dewi juga menyampaikan harapannya agar Ahok dapat secara perlahan menurunkan nada bicaranya yang kerap tinggi kepada lawan bicara. Selama ini, mantan Bupati Belitung Timur itu memang dikenal dengan sosok pria yang memiliki nada tinggi ketika berbicara.
"Tolong dengan kebaikan Pak Ahok menurunkan nada bicaranya sehingga dapat diterima masyarakat dengan damai," kata Dewi.
Walaupun Ahok kerap menggunakan nada tinggi ketika berbicara di hadapan media dan lawan bicaranya, namun mantan politisi Gerindra tersebut juga dikenal sebagai politisi yang jujur. Oleh karena itu, Dewi berharap kebaikan Ahok dapat dibantu dengan adanya sikap yang santun dan nada bicara rendah dalam diri Ahok.
"Saya setuju Ahok jujur. Tapi, jangan sampai program-program beliau yang bagus tertutupi tata krama (yang buruk). Lebih bagus lagi kalau bisa menurunkan (nada bicara). Ini hanya menyarankan saja ya," kata Dewi menjelaskan.
Ahok memang telah mendapatkan banyak masukan untuk mengubah gaya komunikasinya. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, misalnya. Dia menilai Ahok harus memperbaiki diri, terutama dalam gayanya berkomunikasi. Perbaikan gaya komunikasi harus dilakukan saat berinteraksi dengan DPRD DKI Jakarta sebagai mitra kerja Pemprov DKI Jakarta.
"Komunikasi itu bukan soal keras atau kasar, tapi soal efektifitas," kata Jimly. Gaya komunikasi yang dimiliki Ahok saat ini dinilai Jimly seperti memusuhi semua orang. Padahal sudah banyak yang memberi masukan agar gaya komunikasinya itu diperbaiki. (Baca juga:
Diminta DPRD Ubah Sikap, Ahok: Saya Biasa Saja)
Pakar hukum tata negara ini juga menilai, Ahok sebaiknya tidak hanya menggalang dukungan ke luar namun dukungan dari dalam sedikit. Minimnya dukungan dari dalam pemerintahan bisa berdampak pada ketidakefektifan birokrasi.
Dukungan dari luar, kata Jimly hanya dibutuhkan saat pilkada. Sementara dukungan dari dalam saat ini dibutuhkan setiap hari untuk menjalankan pemerintahan.
"Tidak sehat kita kalau memberi pembenaran bahwa pemerintah itu bisa diberhentikan hanya gara-gara minoritas suara di DPRD. Maka sebaiknya jangan. Tapi dia (Ahok) harus memperbaiki diri," kata Jimly. (Baca juga:
Diserang Soal Etika, Ahok: Korupsi Itu Merugikan Tidak?)
(hel)