Jakarta, CNN Indonesia -- Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yaitu Muhammad Hanif Sugiyanto dan Swakeresna Edityomurti, mengembangkan komputer tablet untuk para penyandang tunanetra.
Tablet rancangan kedua mahasiswa ini dipamerkan dalam International Exhibition for Young Inventors (IEYI) ke-10 yang dilaksanakan dari 30 Oktober hingga 1 November mendatang di Gedung Smesco, Jakarta. Pameran ini diikuti oleh remaja yang melakukan pengembangan produk dari 11 negara.
Proyek iBlind dimulai sejak tahun 2012. “Kami mengawali proyek ini sejak 2012, saat SMA dan kami direkrut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk beberapa pameran," ujar Hanif kepada CNN Indonesia, Kamis (30/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wujud iBlind sendiri merupakan peranti lunak dan peranti keras. Bentuknya seperti komputer tablet dengan berukuran 45 cm x 20 cm.
Namun, peranti keras iBlind tidak dibekali dengan layar. Layar itu diganti oleh material mirip papan berwarna cokelat dengan lubang-lubang yang bisa diraba untuk membaca huruf braille oleh penyandang tunanetra. Untuk berkomunikasi secara nirkabel, iBlind menyediakan lubang kartu SIM.
Hanif berkisah, ide awal membuat alat ini datang dari lingkungan sekitarnya. "Di lingkungan saya ada beberapa tunanetra yang ingin bisa menggunakan ponsel atau tablet. Dari sinilah saya punya ide untuk membuat iBlind," lanjut Hanif.
iBlind dapat membantu penyandang tunanetra untuk membaca dan mengirim pesan singkat (SMS), sehingga mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi dengan orang lain.
"Hampir 39 juta penyandang tunanetra di dunia butuh media untuk berkomunikasi jarak jauh. iBlind bisa jadi solusi," ujar Hanif.
Mekanisme kerja tablet ini menggunakan sebuah peranti lunak yang dapat mendeteksi SMS yang masuk ke iBlind. Peranti lunak itu akan mengubah teks pada SMS menjadi huruf braille dengan sistem analog.
 iBlind terdiri dari peranti lunak dan peranti keras berukuran 45 x 20 cm (CNN Indoensia/Gito Yudha Pratomo) |
Ketika iBlind menerima pesan singkat, peranti lunak langsung mentransmisikan angka-angka biner yang terdapat pada teks digital menjadi sinyal analog.
"Bagian paling penting adalah
software, inilah kunci yang bisa mentransmisikan pesan pada tunanetra," lanjut Hanif.
Lubang-lubang yang ada di papan iBlind itu bakal memunculkan karakter huruf braille yang kemudian bisa diraba oleh pengguna untuk memahami isi SMS yang diterima. Jumlah karakter yang ditampilkan terbatas, hanya 20 karakter huruf braille.
Pengembangan fungsi komunikasi iBlind saat ini hanya terbatas pada mengirim dan menerima SMS saja, ia belum mampu melakukan panggilan telepon atau mengakses internet.
Didukung LIPIHanif mengaku pengembangan produk iBlind sejauh ini mendapat dukungan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lembaga ini menyumbang dana, namun yang paling bernilai adalah sumbangan transfer ilmu pengetahuan agar mereka dapat mengembangkan fitur serta kemampuan iBlind.
Pada 2013 lalu, sebuah operator telekomunikasi CDMA Indonesia sempat hendak ikut mengembangkan iBlind. Namun, kerja sama tersebut akhirnya batal karena tidak ditemukan kesepakatan.
Hingga kini iBlind masih berstatus uji coba dan terus dikembangkan. Belum ada rencana bagi Hanif dan Swakeresna untuk menjualnya secara komersial.