San Jose, CNN Indonesia -- Remaja 13 tahun bernama Shubham Banerjee tak hanya menggaet gelar sebagai pengusaha termuda di dunia. Karena kejeniusannya, ia membangun perusahaan Braigo Labs yang menciptakan mesin cetak
(printer) Braille dengan bantuan dana dari pemodal ventura Intel Capital.
Awalnya, murid sekolah menengah pertama di San Jose, California, ini terinspirasi dari brosur penggalangan dana untuk tuna netra. Banarjee, kemudian tertantang untuk menciptakan perangkat dari mainan Lego agar bisa mencetak hasilnya dalam huruf Braille.
Mike Bell selaku eksekutif Intel mengumumkan bahwa perusahaannya akan berinvestasi di perusahaan Banarjee yang bernama Braigo Labs. Sebelum Intel masuk, dana di perusahaan Banarjee berasal dari orang tuanya sebesar US$ 35 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Intel sendiri enggan membocorkan berapa nilai investasi yang ditanamkan. Namun menurut laporan
Reuters, jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu dolar.
Selain dalam bentuk uang, Intel juga akan memprakarsai
printer Braille Banarjee dengan cip Edison yang ramah kantong. Cip ini juga bisa membantu menciptakan efek timbul dari cetakan huruf Braille.
Banarjee pun mendapatkan tawaran suntikan dana dari sejumlah perusahaan pemodal.
Untuk urusan bisnis, Banarjee tentu membutuhkan seorang pendamping yang dipercaya untuk menandatangani kesepakatan bisnis hingga memeriksa dokumen paten dan pendanaan Intel. Ia memilih ibunya, Malini, yang juga menjabat sebagai presiden Braigo Labs.
Inovasi
printer purwarupa Braille ini mengantarnya menjadi pemenang di berbagai penghargaan dan hadir pada pelantikan Maker Faire di Gedung Putih pada Juni lalu. Acara tersebut turut dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Kabarnya Banarjee akan menjual
printer-nya seharga US$ 350 (sekitar Rp 4,2 juta). Harga tersebut diklaim murah sehingga menjadikan produk inovasinya semakin menarik.
Kebanyakan pengusaha atau penemu muda yang mendapatkan modal usaha cenderung melupakan edukasi agar fokus pada perusahaannya. Hal ini tidak berlaku untuk Banarjee. "Sekolah tetap nomor satu," ujarnya.
Awalnya, musim panas lalu, Banarjee mengikuti program Intel yang dikhususkan untuk para penggemar teknologi. Kala itu ia menggabungkan cip Intel Edison ke
printer.Kemudian pada acara konferensi di India September lalu, Intel mengundangnya untuk menyoroti manfaat dari cip Edison. Di sana lah Banarjee mendapatkan kejutan dari Intel ini.
Ini bukan kali pertama investasi Intel yang terkait dengan keluarga Banarjee. Sebelumnya, ayahnya Neil, bekerja di perusahaan rintisan bidang edukasi bernama Kno yang kemudian dibeli oleh Intel tahun 2013 lalu.