Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga penegak hukum Marshals Service yang berada di bawah Departemen Kehakiman AS dilaporkan melakukan penyadapan data terhadap ribuan ponsel dengan memanfaatkan menara komunikasi berukuran mini di pesawat terbang.
Operasi ini mulai dijalankan pada 2007 menggunakan pesawat Cessna yang terbang setidaknya di lima bandara utama di AS, menurut laporan
Reuters, Kamis (13/11).
Menara komunikasi itu dibuat oleh Boeing dan dijuluki “Dirtboxes.” Menurut sumber yang mengetahui operasi ini, alat Dirtboxes dapat mengumpulkan informasi dari puluhan ribu ponsel dalam penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasi ini, salah satunya bertujuan menemukan pelaku tindak kriminal yang berada di AS. Namun, operasi ini menyadap data semua warga yang berada di penerbangan. Seorang sumber mengatakan, pemerintah AS akan “melepaskan” data ponsel dari warga yang tidak pernah terlibat tindak kriminal.
Menurut Christopher Soghoian, kepala teknologi di American Civil Liberties Union, pemerintah AS harus memastikan tidak menyimpan data warga yang tidak melakukan kriminalitas.
Juru bicara Departemen Kehakiman AS tidak bersedia memberi konfirmasi kepada Reuters, dan menyangkal keberadaan operasi macam ini. “Ini sebuah program penyadapan berjejaring. Ini tidak bisa dibenarkan jika tidak mendapat izin dari otoritas hakim,” ujarnya.
Operasi ini mirip dengan yang dilakukan National Security Agency (NSA) yang mengumpulkan data dari jutaan warga AS dan warga dunia. Karena aksi ini, AS dan sejumlah negara yang disebut melakukan kerja sama intelijen, mendapat kritik keras dari berbagai kepala negara termasuk Indonesia.