Jakarta, CNN Indonesia -- Kapal riset milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Baruna Jaya I ikut ambil bagian dalam pencarian badan pesawat AirAsia yang jatuh di Selat Karimata. Dalam kapal ini terdapat empat teknologi canggih yang membantu menjalankan misi ini.
Pertama adalah Multi Beam Echo Sounder. Alat ini berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut. Alat ini merupakan pengembangan dari Single Beam Echo Sounder dan digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.
Kedua adalah Side Scan Sonar. Prinsip alat ini serupa dengan Multi Beam Echo Sonar, namun memiliki jangkauan dan berfungsi untuk melakukan pemetaan yang lebih tajam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga adalah Megato Meter atau alat deteksi logam. Alat ini digunakan jika hasil tes yang di dapat oleh dua alat sebelumnya menunjukan indikasi adanya objek di dasar laut.
Keempat adalah Remote Operated Vehicle (ROV). Alat ini berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan.
Menurut Rahardian, Ketua Tim Ekspedisi Kapal Riset Baruna Jaya I , misi kapal ini adalah menemukan badan AirAsia QZ8501 sekaligus menemukan black box yang menyimpan informasi penting soal komunikasi terakhir.
"Keempat alat tersebut akan bekerja secara bergantian. Dengan begitu, data yang di dapat sudah terkonfirmasi kebenarannya," ujar Rahardian melalui siaran pers, Jumat (2/1).
Ia menambahkan Kapal Baruna Jaya akan berkoordinasi dengan Badan SAR Nasional selaku koordinator tim pencarian dan evakuasi pesawat yang hilang.
"Sesuai arahan Kepala Basarnas, Baruna Jaya akan mengarah ke titik penemuan sebelumnya. Dengan cuaca seperti ini, semoga Baruna Jaya akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik," lanjut Rahardian.
Kapal Baruna Jaya I sendiri tiba di lokasi operasi pada 1 Januari pukul 05.00. Meskipun cuaca buruk dengan gelombang tinggi dan hujan lebat, kapal ini tetap melakukan pencarian pesawat jenis Airbus A320-200 itu.
Ridwan Djamaludin, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pangan Sumberdaya Alam menjelaskan sejak kemarin, kapal dengan teknologi canggih ini sudah melakukan pemindaian lokasi dengan Multibeam Echo Sounder yang mampu memindai hingga kedalaman laut 500 meter.
Baruna Jaya juga sebelumnya terlibat dalam pencarian pesawat Adam Air 574 yang hilang pada Januari 2007 silam di barat laut Makassar, pencarian kapal feri Baruga di Selat Sunda pada 2013, dan pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996.
Baruna Jaya merupakan kapal yang biasa digunakan untuk kegiatan riset batimetri untuk mengukur kedalaman laut dan memetakan struktur bawah laut. Sensor sonar yang dimiliki kapal ini dapat mendeteksi objek hingga kedalaman 2.500 meter.
(adt)