KONTROVERSI FOTO

Metadata Foto Mesra Mirip Ketua KPK Sengaja Dihapus

Hani Nur Fajrina, Aditya Panji | CNN Indonesia
Kamis, 15 Jan 2015 17:46 WIB
Penyebar foto mesra mirip Abraham Samad dengan Puteri Indonesia 2014, sengaja menghapus metadata foto sebagai upaya meninggalkan jejak.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Melacak metadata merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengungkap penyebar foto mesra mirip Ketua KPK Abraham Samad dan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira Wirayanti. Namun, si penyebar telah menghapus metadata foto tersebut.

Informasi yang terkandung pada metadata sejatinya melingkupi jenis gambar, waktu pengambilan gambar, perangkat yang digunakan untuk mengambil gambar, informasi lokasi, hingga pemilik perangkat tempat menyimpan gambar.

Pakar penyelidikan digital Agung Harsoyo dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan bahwa menghilangkan metadata pada foto merupakan upaya menghilangkan jejak digital si penyebar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam foto yang dikirim pihak penyebar kepada salah seorang jurnalis CNN Indonesia, terlampir foto ukuran besar yang sudah menggabungkan tujuh foto adegan mesra sebuah pasangan mirip Abraham dan Elvira. Foto itu dikirim oleh alamat email [email protected] yang menggunakan nama pengguna Andini Wijayanti pada Rabu (14/1) pukul 05.13 WIB.

Ketika sebuah foto disunting melalui aplikasi Photoshop misalnya, entah itu sekadar mengubah ukuran (resize) atau memotong bagian-bagian tertentu (cropping), metadata foto tersebut bisa langsung berubah.

"Perubahan informasi pada metadata pasti tak terelakkan, namun kita sulit mengatakan apakah metadata yang telah berubah itu adalah hasil resize, cropping, atau lainnya," ujar Yohanes Paganda Halasan Harahap, ahli olah foto digital yang akrab disapa Agan Harahap.

Metadata disebut Agan juga bisa dimanipulasi, lagi-lagi untuk tujuan meninggalkan jejak. Banyak piranti lunak di pasaran yang bisa mengubah metadata ini.

"Sebetulnya soal metadata sudah sangat umum, maka dari itu perdebatan soal foto asli dan hasil olahan akan selalu panjang," katanya kepada CNN Indonesia.

Serahkan pada tim siber Polri

Maka, satu-satunya cara untuk mengetahui penyebar foto tersebut, adalah dengan melacak melalui jaringan telekomunikasi. Sebagai korban, baik Abraham dan Elvira bisa saja membawa kasus ini ke ranah pidana dengan menggunakan UU Informasi dan Transaksi Elektronik karena pencemaran nama baik serta UU Hak Cipta dengan alasan merusak karya seseorang.

Secara pribadi, pihak Abraham dan Elvira membantah keaslian foto tersebut. Abraham berkata hal ini adalah upaya mengkriminalisasi dirinya. Sementara Elvira mengatakan "foto itu tidak pernah terjadi."

Pakar hukum siber Megi Margiyono dari Indonesia Online Advocacy (IDOLA) mengatakan, dengan membawa kasus ini ke ranah pidana, maka Polri bisa mengerahkan tim pasukan siber dalam melacak penyebar.

Alamat email penyebar telah diketahui, selanjutnya adalah melacak alamat unik IP Address atau MAC Address. Dari sini, polisi dapat jaringan internet apa yang digunakan oleh penyebar. "Mau dia kirim pakai jaringan fixed atau mobile, bisa dilacak lalu diketahui lokasinya. Log digitalnya pasti ada," jelas Megi.

Kasus terkini pelacakan lewat jaringan telekomunikasi sukses dilakukan Polri ketika mencari Tjandra Adi Gunawan, tersangka kasus kejahatan paedofilia terhadap lima anak dari kalangan pelajar di Surabaya.

Tjandra menggunakan akun Facebook palsu untuk membohongi anak agar mengirim gambar porno, Gambar ini kemudian diunggah Tjandra ke media sosial. Polisi berhasil mengidentifikasi Tjandra dengan melacak IP address tempat foto-foto itu diunggah. (adt/eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER