Bangkok, CNN Indonesia -- Sebuah tim peneliti dari Mahidol University di Thailand sedang mengembangkan robot dan pesawat nirawak, drone yang diharapkan bisa menciptakan perubahan sektor agrikultur lokal.
"Di masa depan, saya bisa membayangkan petani duduk manis di rumah sambil menekan tombol-tombol yang mengendalikan sekumpulan drone untuk terbang di atas ladang," ungkap Teerakiat Kerdcharoen dari Mahidol University, mengutip
Bangkok Post.Ya, tim Kerdcharoen fokus pada pengembangan robot pertanian, mulai dari fungsi perkiraan cuaca hingga terbang untuk memantau ladang. Drone ini bisa memberi penyesuaian tata cara kelola dan pemeliharaan kepada para petani terhadap berbagai bagian di lahan pertanian mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kata lain, tim Kerdcharoen memiliki tujuan untuk mendorong penerapan konsep pertanian pintar atau smart farming.
Mereka berpikir cara ini bisa mengurangi biaya pertanian dalam penggunaan bahan kimia, pupuk, sampai tenaga kerja. Selama ini mereka menghabiskan banyak sumber daya seperti menyemai pupuk ke semua tanaman tanpa mengetahui porsi yang dibutuhkan seberapa banyak.
Sementara drone bisa melintas terbang, memantau, dan menginformasikan ke para petani mengenai kondisi panen mereka.
Lalu robot yang bertugas di darat bisa memantau dan menentukan nutrisi tanah serta membantu petani menentukan kapan saatnya menyemprotkan insektisida.
Robot ini sudah dilengkapi dengan sistem perkiraan cuaca yang nanti bisa memberi tahu petani jika ada ancaman perubahan cuaca.
Kabarnya, tim Kerdcharoen yang memang ahli sensor akan segera berkolaborasi dengan tim di Chiang Mai University yang ahli dalam teknologi mekanik. Mereka bersama-sama akan mengembangkan drone lebih besar yang mampu mengangkut beban banyak.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Israel, dan Australia sudah menggunakan teknologi robotik di sektor agrikulturnya. Thailand sendiri masih berada di tahap awal.
Kerdcharoen percaya bahwa pertanian pintar sangat dibutuhkan sebagai motede yang secara tidak langsung terbentuk oleh perubahan iklim dan petani yang semakin menua.
"Perubahan iklim tak akan mengubah seluruh agrikultur. Mungkin akan mengganggu beberapa aspek, tapi hal positifnya membuat kami ingin lebih meningkatkannya," kata Kerdcharoen.
Ia melanjutkan, "contoh, pertanian di Kanada utara telah tumbuh 10 persen selama beberapa tahun karena suhu di sana naik. Iklim tersebut malah sekarang jadi lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman."
(eno)