Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat tempur F-16 yang gagal terbang kemudian terbakar di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, mempunyai beberapa kelebihan. Kendati saat ini usianya sudah tua, namun di zamannya, pesawat ini termasuk canggih.
Seperti diketahui, pesawat yang diproduksi tahun 1980 itu didapatkan oleh TNI Angkatan Udara (AU) melalui hibah dari Amerika Serikat. Menurut Haryo Adjie Nogo Seno, enthusiast pesawat militer, ada perbedaan pesawat F-16 block 25 yang dimiliki oleh TNI AU itu.
"Pasti berbeda, karena spesifikasi antara pesawat untuk dijual atau ekspor dengan yang digunakan Amerika Serikat pasti beda.
Nah, yang meledak di Halim tadi, itu besar kemungkinan spesifikasi untuk Amerika Serikat," kata pemilik blog Indomiliter tersebut, kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: F-16 Gagal Terbang, Roda Lepas dan Mesin TerbakarDia menambahkan, setiap jenis dari pesawat F-16 ini selalu mendapatkan upgrade di airframe alias kerangkanya. Ini berguna untuk membantu pesawat tersebut melakukan manuver. Walaupun disebutkan juga, usia pesawat menjadi salah satu faktor lain yang menentukan.
Pria berkacamata ini juga memberitahu, bahwa seperti halnya pesawat milter lainnya, F-16 mampu terbang dengan kecepatan mach 2.0 alias dua kali kecepatan suara. Ini juga ditunjang dengan mesin One Pratt dan Whitney PW 220 turbofan, yang menurut Adjie besutan Volvo dan General Electric.
"Pesawat ini juga sudah disematkan radar AN/APG-68 yang didesain oleh Westinghouse. Versi alat tersebut untuk menggantikan radar AN/APG-66 yang ada di dalam pesawat tempur F-16 Fighting Falcon," sebutnya, lagi.
Baca juga: Foto detik-detik Terbakarnya Pesawat F-16
Dibandingkan dengan pesawat militer lainnya, ternyata pesawat F-16 termasuk jenis yang mempunyai satu mesin saja. Tidak seperti, Sukhoi, yang memakai dua mesin di badan pesawat buatannya.
"Itu kalau dua mesin, satu mesin pesawat mati pilotnya masih bisa terbang ke pangkalan terdekat. Tapi satu mesin lalu mesinnya mati,
ya sudah pilotnya harus keluar. Tapi pakai satu mesin begitu,
cost per hour lebih murah dibandingkan dua mesin. Pesawat Sukhoi, satu jam terbang bisa habis antara US$ 1.000 sampai US$ 2.000," katanya.
Di zamannya, pesawat F-16 block 25 sudah menggunakan sistem pengendalian penerbangan yang menggabungkan antara digital dengan analog, tidak seperti versi sebelumnya masih analog sepenuhnya. Sementara generasi paling gres tentu saja
full digital.
"Pesawat sebelum F-16 block 25 ini joystick kemudinya berada di tengah, jenis ini sudah ada di posisi kanan pilot. Tapi secara keseluruhan, masih layak untuk diajak bertempur, karena kan teknologi pesawat militer tak secepat teknologi ponsel," Adjie, menandaskan.
(tyo/tyo)