Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan yang melanda kota Goulburn di Australia bulan ini bikin repot benar. Pasalnya, bukan hujan air yang melanda tapi ‘hujan’ laba-laba.
Pepohonan, lahan pertanian, halaman, atap rumah, penuh dengan sarang laba-laba. Goulburn, seperti dilansir Washington Post, Selasa (19/5) seperti ‘dijajah’ laba-laba kecil.
“Rumah saya seperti rumah yang ditinggalkan selama bertahun-tahun dan diambil alih laba-laba,” kata Ian Watson, kepada Sydney Morning Herald. Watson kemudian mengabarkan fenomena itu ke dunia maya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menulis di laman Facebook komunitas Kota Goulburn. “Adakah yang juga mengalami... jutaan laba-laba jatuh dari langit sekarang?” katanya. “Tolong panggilkan ilmuwan.”
Ternyata fenomena semacam ini tak hanya terjadi di Goulburn. Kejadian serupa pernah terjadi di Texas, Brasil, dan Wagga Wagga, kota lain di Australia pada 2012.
Berdasarkan studi yang dimuat di jurnal Journal of Arachnology pada 2001, ‘hujan laba-laba’ terjadi ketika kelompok laba-laba dalam jumlah besar melakukan migrasi sekaligus memakai teknik yang disebut ‘balloning’.
Laba-laba itu menembakkan lusinan jaringnya sekaligus sehingga membentuk semacam parasut segitiga yang kemudian oleh angin mereka terbang ke tempat lain. Cara ini disebut lebih efektif ketimbang berjalan.
“Itulah mengapa biasanya hewan pertama yang mendarat di pulau baru yang terbentuk oleh aktivitas vulkanis adalah laba-laba,” kata Martyn Robinson, seorang naturalis di Australian Museum.
Ketika mendarat, parasut mereka pun diterbangkan angin, menutupi lansekap. Efek ini sering disebut sebagai ‘rambut malaikat’ yang terjadi setelah hujan lebat atau banjir.
(ded/ded)