Yogyakarta Pernah Deteksi Asal Mula Suara dari Langit

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Rabu, 27 Mei 2015 09:25 WIB
Stasiun geofisika Atropatena mendeteksi kemungkinan asal mula suara seperti terompet dari langit yang terjadi di berbagai negara, termasuk Yogyakarta.
Ilustrasi langit. (Thinkstock/danielvfung)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli Geologi asal Azerbaijan Elchin Khalilov menjelaskan secara ilmiah asal muasal suara terompet dari langit yang terdengar di beberapa negara. Menurutnya suara tersebut berasal gelombang akustik-gravitasi.

Salah satu penyebab munculnya gelombang suara tersebut adalah meningkatnya aktivitas gelombang matahari yang membentuk jilatan api. Selain itu ada juga implus gravitasi dari inti bumi.

"Faktanya adalah bahwa percepatan drift magnet bumi di kutub utara yang meningkat lebih dari lima kali lipat antara tahun 1998 dan 2003 dan ini mengarah ke intensifikasi proses energi dalam inti Bumi, karena proses di dalam inti dan luar inti lah yang membentuk medan geomagnetik bumi," sebut Elchin, seperti dikutip dari Sott.net.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Ilmuwan Berhasil Ungkap Asal Suara Misterius dari Langit

Berkaitan dengan aktivitas matahari yang meningkat sejak tahun 2011, intensifikasi proses energi dalam inti Bumi dapat memodulasi medan geomagnetik melalui serangkaian proses fisik di ionosfer.

Di tingkat batas atmosfer tersebut menghasilkan gelombang akustik-gravitasi yang beberapa telah didengar oleh orang-orang dalam bentuk frekuensi suara rendah yang menakutkan di berbagai bagian planet Bumi.

"Ada banyak penyebab mengapa gelombang tersebut dapat dihasilkan beberapa diantaranya gempa bumi, letusan gunung api, angin topan, badai, tsunami dan banyak lagi," tambah Khalilov.

Saling berkaitan, pada tanggal 15 November 2011, semua stasiun geofisika Atropatena merekam variasi medan gravitasi bumi hampir bersamaan dengan impuls gravitasi yang kuat. Stasiun-stasiun geofisika yang mendeteksi itu berada di Istanbul (Turki), Kiev (Ukraina), Baku (Azerbaijan), Islamabad (Pakistan) dan Yogyakarta (Indonesia.)

Implus gravitas pertama dan terakhir dipisahkan oleh jarak sekitar 10.000 km. Fenomena semacam ini hanya mungkin jika sumber perambatan ini adalah pada tingkat inti Bumi.

Ini melepaskan energi yang besar dari inti bumi pada akhir tahun 2011 adalah semacam sinyal awal yang menunjukkan transisi dari energi internal Bumi ke fase aktif baru.

(tyo/tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER