'Cahaya Menari' Fenomena Langit Lainnya

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Senin, 25 Mei 2015 15:43 WIB
Suara terompet dari langit bukan satu-satunya fenomena alam yang terjadi di Bumi. Namun itu semua masih bisa dijelaskan dengan pendekatan ilmiah.
Penampakan Aurora Borealis di atas langit yang sempat membuat heboh beberapa waktu lalu (Dok. Wikipedia/U.S. Air Force-Joshua Strang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Suara misterius dari langit yang belakangan bikin geger warga di  Jerman, Australia, Amerika Serikat, dan Kanada bukanlah sebuah rekayasa atau fiksi ilmiah semata. Sejumlah ilmuwan memiliki analisis tersendiri di balik fenomena itu.

Penjelasan analisis mengenai suara terompet yang menyeramkan itu menjabarkan bencana alam, peradaban alien, hingga jalur komunikasi perangkat nirkabel berpotensi jadi penyebabnya. Dengan kata lain, fenomena suara terompet tersebut masih bisa dijelaskan secara ilmiah.

Adapun fenomena alam tak biasa lainnya yang awalnya sulit diterima menggunakan nalar namun akhirnya bisa dijelaskan dari sisi ilmiahnya, yakni, Northern Lights.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena Northern Lights yang lebih populer dengan sebutan aurora borealis itu bisa terlihat di kawasan utara seperti Kanada, Alaska, Greenland, Islandia, dan Norwegia.

Baca: Suara Seperti Terompet Terdengar dari Langit

Aurora borealis
sendiri adalah fenomena ketika langit utara menampilkan cahaya berwarna hijau dan merah muda, kadang-kadang juga memperlihatkan bayangan warna merah, kuning, biru, dan ungu. Aurora juga seringkali dinamakan sebagai dancing lights atau cahaya menari.

Cahaya dari langit tersebut munculnya bisa berupa 'pecahan' awan, hingga bak tirai bergelombang yang menyala. Dari mana asal Aurora borealis ini?

Baca: Suara Terompet dari Langit Terdengar di AS Hingga Jerman

Sesuai penelitian secara ilmiah, Northern Lights bisa terjadi ketika ada tabrakan antara partikel gas di atmosfer Bumi dengan partikel bermuatan listrik yang keluar dari atmosfer Matahari.

Temperatur di atas permukaan Matahari bisa mencapai 15 juta derajat Celsius. Pada suhu tersebut, tabrakan antara molekul gas bisa sangat sering dan besar. Elektron dan proton terhempas dari atmosfer Matahari karena rotasi, dan 'melarikan diri' melalui lubang di medan magnet.

Angin surya menghembuskannya ke arah Bumi, partikel tersebut sebagian besar dibelokkan oleh medan magnet Bumi. Namun, medan magnet Bumi lebih lemah di kedua kutubnya, sehingga beberapa partikel masuk ke atmosfer Bumi dan berbenturan dengan partikel gas.

Tabrakan inilah yang memancarkan cahaya yang kemudian makhluk di Bumi bisa saksikan seperti menari-nari di bagian utara Bumi.

Variasi warna yang timbul berasal dari tipe partikel gas yang mengalami tabrakan. Warna yang paling sering timbul, yaitu hijau kekuning-kuningan, diproduksi dari molekul oksigen yang terletak sekitar 96 kilometer di atas Bumi. Sementara Aurora warna merah biasanya berasal dari oksigen di ketinggian 321 kilometer. Untuk Aurora warna biru atau merah keungu-unguan dipercaya berasal dari nitrogen.

Sebetulnya tak hanya di bagian utara Bumi, namun bagian selatan juga bisa 'terserang' Aurora ini. Sebutan cahaya menari untuk bagian selatan adalah Aurora australis.

Musim dingin atau bulan September, Oktober, Maret, dan April dianggap sebagai waktu terbaik untuk bisa menyaksikan cahaya Aurora ini karena minimnya polusi udara. Aurora borealis malah sekarang menjadi salah satu atraksi yang memikat hati bagi para turis yang tengah berlibur ke negara-negara bagian utara dan selatan.

(tyo/tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER