Jakarta, CNN Indonesia -- Nama BlackBerry begitu perkasa sebagai ponsel pintar dengan segmen khusus pebisnis, tetapi itu dahulu. Kini kondisinya telah terbalik. Segala usaha untuk menaikkan penjualan dan pendapatan sejauh ini masih belum berhasil.
Bila ponsel BlackBerry tak diminati lagi, bukan tidak mungkin perusahaan asal Kanada tersebut bakal berhenti menjual ponsel pintar jika segala upaya gagal menuai hasil. Demikian perkataan CEO BlackBerry Jhon Chen dalam sebuah wawancara.
Saat ini yang dilakukan perusahaan masih dapat mengurangi jumlah model, menghentikan perangkat
low-end dan lebih fokus pada profesional serta pekerja pemerintah untuk membawa bisnis
smartphone kembali ke profitabilitas, kata Chen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kasus yang paling ideal," kata Chen saat berbincang dengan
Bloomberg. "Pada titik tertentu dalam waktu, ekonomi mengambil alih."
Dia masih punya jalan panjang memfokuskan ke
handset sebelum perangkat lunak bisnis menjadi dominan.
Smartphone menyumbang hampir setengah dari pendapatan untuk tahun fiskal perusahaan yang berakhir pada bulan Februari.
Chen bergabung dengan perusahaan saat pangsa pasar
smartphone tersebut tenggelam kurang dari 1 persen. Dia mulai membangun dan memperoleh perangkat lunak yang membantu sebuah perusahaan berkomunikasi dan bekerja dengan aman tanpa khawatir atas aksi peretasan, terlepas dari apa jenis perangkat
mobile yang mereka gunakan.
Walau fokus baru pada perangkat lunak, BlackBerry telah memperkenalkan beberapa ponsel baru di bawah Chen, termasuk Passport yang mempunyai bentuk yang tak biasa
"Ponsel murah seperti Leap , diresmikan pada bulan Maret, tidak mungkin menjadi bagian dari bisnis perangkat BlackBerry yang menguntungkan," kata Chen.
"Sulit untuk bersaing dengan produsen China dan India. Segmen
low-end bukan tempat yang manis bagi BlackBerry."
Salah satu tantangan BlackBerry saat ini adalah terus mengembangkan
smartphone baru, kata Chen.
(tyo)