Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang dikenal sebagai produsen elektronik terkemuka. Tapi itu dahulu. Karena, kini merek-merek asal Negeri Matahari Terbit sudah mulai tenggelam pamornya. Digantikan darah segar yang datang dari
start-up. Satu perusahaan perintis di bidang teknologi yang patut diperhitungkan ialah UPQ yang kini telah dianggap sebagai Xiaomi dari Jepang.
Kemunculan UPQ awalnya diakibatkan oleh berkurangnya produksi gadget dan barang-barang elektronik lainnya di Jepang. Banyaknya saingan dari perusahaan-perusahaan asing seperti Apple dan Samsung menyebabkan menurunnya sektor teknologi di negara tersebut.
Sony, contohnya, merupakan korban dari munculnya banyak saingan dari negara lain. Sejak tahun 2014, perusahaan yang dulunya menempati posisi atas di industri teknologi, telah menghadapi banyak kesulitan bersaing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, birokrasi yang berbelit-belit dan juga permasalahan akan budaya senioritas di Jepang seringkali menjadi penyebab kurangnya inovasi-inovasi teknologi baru disana. Yuko Nakazawa, pendiri dan CEO UPQ, menggebrak dengan menghadirkan perusahaan layaknya Xiaomi atau OnePlus.
Wanita cantik ini memulai karirnya di Casio pada bagian perusahaan produksi pada tahun 2007, yaitu di bidang telepon genggam, ponsel pintar, dan kamera. Awal mula ide Nakazawa untuk membangun perusahaan muncul ketika ia berpartisipasi di Hackathon, yaitu acara yang ditujukan untuk para programmer dan designer untuk merancang software-software baru.
Kekecewaannya akan menurunnya kualitas teknologi keluaran Jepang belakangan ini juga membuatnya bertekad untuk mendirikan perusahaan perintis yang dapat mengembalikan daya saing produk teknologi keluaran Jepang dengan produk-produk dari negeri lainnya, sehingga warga Jepang tidak lagi harus membeli barang elektronik dari luar negeri.
Bermarkaskan di Tokyo, UPQ didirikan pada awal Juni, dan sejauh ini telah meluncurkan sebanyak 24 jenis produk seperti smartphone, kamera, dan earphone. Perusahaan perintis ini bekerja sama dengan Cerevo, perusahaan perintis di bidang hardware, dimana UPQ bergantung pada perusahaan tersebut dalam bidang teknis, desain, dan pengendalian mutu.
"Kami sesungguhnya mempunyai 100 ide, tetapi saat ini baru bisa terwujud sebanyak 24 produk," cerita Nakazawa kepada Tech in Asia.
Produk unggulan UPQ adalah smartphone tipe A01 yang dilengkapi oleh quad-core chipset, layar dengan ukuran 11,5 cm, dan Android 5,1 Lollipop. Tidak seperti ponsel-ponsel kebanyakan lainnya di Jepang, AO1 dapat dioperasikan dengan dua SIM card.
Meskipun spesifikasi ponsel ini masih jauh dibawah iPhone atau Galaxy terbaru keluaran Samsung, berbeda dengan kedua produk tersebut, AO1 dijual dengan harga yang cukup murah, yaitu sekitar RP 1.600.000.
Salah satu teknik pendekatan yang dianggap berbeda dan kontroversial dari UPQ adalah bahwa hanya terdapat satu pilihan warna dari setiap produk yang mereka tawarkan dalam satu musim. Khusus produk seperti smartphone, UPQ akan mengganti pilihan warna seiring bergantinya tahun alih-alih musim.
Meskipun sejauh ini Nakazawa belum berencana untuk menjual produk UPQ di negeri lain selain Jepang, seluruh produk UPQ yang berjumlah 24 telah memiliki sertifikat Komisi Komunikasi Federal dan Konformitas Eropa, sehingga produk-produk tersebut dapat dijual di Amerika Serikat dan Eropa.
(tyo)