Jakarta, CNN Indonesia -- Kebakaran hutan masih terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan foto yang dijepret oleh satelit NASA, terlihat asap membubung ke angkasa dari berbagai wilayah di selatan Pulau Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
Kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di berbagai tempat di Indonesia diyakini mendekati situasi tahun 1997. Pada saat itu, terjadi fenomena El Nino yang sangat kuat, sehingga menyebabkan kebakaran hutan meluas dengan tingkat polusi udara dan pelepasan gas rumah kaca yang sangat tinggi. Pada saat itu, ada data yang menyebutkan kebakaran menghanguskan 1,5 juta hektare lahan di Sumatera dan 3 juta hektare di Kalimantan.
Berdasarkan perhitungan proyek Global Fire Emissions Database diketahui bahwa kebakaran hutan di Indonesia tahun ini telah melepaskan 600 juta ton karbondioksida, sampai 22 September lalu. Angka ini setara dengan jumlah emisi karbon yang dilepaskan Jerman selama setahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara data luas kebakaran, seperti dirilis Kementerian Kehutanan, untuk sementara sudah lebih dari 10 ribu hektare.
Fenomena El Nino tahun ini diyakini sama kuatnya dengan 1997. “Kita sedang menuju situasi yang sama buruknya,” kata Robert Field, ilmuwan di Columbia University yang bermarkas di Goddard Institute for Space Studies, NASA, dalam keterangan resmi di situs resmi NASA.
“Situasi di Singapura dan daerah di tenggara Sumatera sedang mendekati situasi tahun 1997, dengan jarak pandang kurang dari 1 kilometer, rata-rata per pekan. Di Kalimantan ada laporan bahwa jarak pandang kurang dari 50 meter,” kata Field lagi.
Data kedalaman optik Aerosol, yang dikumpulkan oleh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Terra milik NASA, diketahui bahwa level partikelnya sudah sama dengan tahun 2006.
Ilmuwan dari Vrije Universiteit Amsterdam Guido van der Werf telah memonitor kebakaran hutan di Indonesia dengan MODIS. Dia mengatakan, “Ada lebih banyak api dan apinya lebih besar juga tahun ini,” katanya. “Kita sudah setengah jalan menuju musim api.”
(ded/ded)