Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Senin, 5 Oktober 2015, nama induk perusahaan Google resmi berganti menjadi Alphabet. Langkah ini diambil demi memungkinkan mereka bergerak dan tumbuh lebih cepat.
Perombakan struktur perusahaan ini diumumkan pada Agustus lalu, yang dimaksud memisahkan bisnis inti dengan proyek-proyek penelitian masa depan yang dinilai sangat penting bagi Google.
Unit bisnis inti yang menghasilkan banyak uang seperti mesin pencari, layanan iklan digital, peta digital, Android, sampai Chrome, berada di bawah Google dan beroperasi sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Alphabet. Sundar Pichai akan memimpin Google sebagai CEO.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alphabet akan membawahi seluruh anak usaha, termasuk Google. Alphabet juga membawahi perusahaan-perusahaan dengan produk yang jauh dari bisnis inti dalam dunia Internet. Induk perusahaan ini dipimpin oleh dua pendiri Google, Larry Page sebagai CEO dan Sergey Brin sebagai Presiden.
Dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan Alphabet, Page mengatakan bahwa Google bukanlah perusahaan konvensional karena mereka tidak cepat puas dengan produk andalan yang sudah ada dan akan terus melanjutkan proyek-proyek brilian jangka panjang.
"Dan kami tidak berhenti di sana. Kami masih mencoba untuk melakukan hal-hal yang dipikirkan orang lain yang gila tapi kami super bersemangat," tulis Page dalam suratnya.
Sejumlah anak usaha Alphabet yang melakukan proyek-proyek penelitian dan pengembangan, antara lain adalah Life Science yang bekerja membangun lensa kontak glukosa, kemudian Calico yang meneliti bioteknologi untuk memerangi penuaan dan penyakit manusia, sampai laboratorium GoogleX yang bekerja pada produk peranti keras dan peranti lunak berteknologi tinggi dari Google.
Strategi 70, 20, 10Page dan Brin memimpin Alphabet untuk memastikan semua anak perusahaan mengeksekusi segala rencana dengan baik. Untuk itu, perusahaan menerapkan strategi 70, 20, 10 dalam pembagian investasi.
Sebanyak 70 persen dari investasi perusahaan akan masuk ke dalam bisnis inti, 20 persen ke bisnis yang "berdekatan" dengan bisnis inti seperti komputasi awan (cloud) dan solusi teknologi untuk korporasi, dan 10 persen untuk proyek penelitian jangka panjang (moonshot).
Dari sini bisa terlihat, seluruh dana penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh anak usaha Alphabet masih disumbang oleh bisnis Internet Google.
Para pendiri Google menginginkan perusahaan tersebut terus melakukan penelitian jangka panjang, yang bisa dijadikan produk masa depan agar Google terus terdepan dalam hal teknologi.
Agar para pendiri memegang kendali penuh pada perusahaan, Google sejak 2012 lalu melakukan pemecahan saham, menjadi saham Kelas A dan saham Kelas C. Saham Kelas A diisi oleh pemegang saham yang memiliki hak suara. Tentu saja Page dan Brin berada di kelas ini. Sementara Kelas C diisi oleh pemegang saham yang tak memiliki hak suara.
Walau nama induk perusahaan Google telah berganti jadi Alphabet, tetapi kode saham mereka masih sama, dengan GOOGL untuk saham Kelas A, dan GOOG untuk saham Kelas C.
Dengan langkah begini Alphabet tetap melenggang melakukan penelitian brilian jangka panjang karena para pendiri selalu berpikir soal masa depan, dan campur tangan pemegang saham yang kadang hanya memikirkan keuntungan, bisa diredam.
Perusahaan itu akan terus membangun produk "gila" selanjutnya, mulai dari kacamata pintar, mobil tanpa setir, balon udara penyebar Internet, super komputer, robot militer, sampai kecerdasan buatan.
(adt)