Jakarta, CNN Indonesia -- Kapal selam pengintai milik Rusia belakangan ini meningkatkan jam operasionalnya di perairan tempat jaringan kabel laut untuk komunikasi Internet global dan hal ini membuat Amerika Serikat (AS) gerah.
Sejumlah pejabat militer dan intelijen Amerika Serikat khawatir pihak Rusia punya rencana memotong kabel serat optik pada sistem kabel laut itu karena sistem ini merupakan tumpuan untuk komunikasi bagi pemerintah, bisnis, maupun warga sipil.
Sebulan lalu, kapal pengintai Rusia bernama Yantar terlihat melintasi pantai timur Amerika Serikat menuju Kuba. Kapal terpantau oleh satelit pengintai, kapal, serta pensawat miliki Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di daerah ini terdapat salah satu kabel utama dekat stasiun Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo. Pejabat Angkatan Laut mengatakan Yantar memiliki kemampuan untuk menurunkan deknya serta memotong kabel yang berada bermil-mil jauhnya di dalam laut.
AS berprasangka mungkin saja Rusia sedang berencana untuk menyadap mereka melalui kabel serat optik bawah laut yang bisa memberikan akses luas terkait data pemerintahan, ekonomi, serta masyarakat.
Media massa
The New York Times melaporkan kabel bawah laut ini sangat penting keberadaan dan fungsinya. Setiap hari terjadi transaksi bisnis global lebih dari US$ 10 trilliun yang berlangsung karena didukung dengan kabel laut ini. Bila terjadi sesuatu dengan kabel bawah laut ini, dikhawatirkan terjadi gangguan alur bisnis.
Departemen Keamanan Dalam Negeri menambahkan kabel laut ini sangat penting mendukung berbagai infrastruktur di New York, Miami, dan Los Angeles.
Michael Sechrist, manajer untuk proyek Departemen Pertahanan dari Harvard-MIT mengatakan, "Sebuah negara bisa saja merusak sistem dari negara lain secara tersembunyi hanya dengan memotong kabel laut di daerah-daerah penting."
Kabel-kabel laut ini mungkin secara alami terpotong karena bencana alam. Namun, kerusakan tersebut biasanya hanya berjarak beberapa mil dari pantai sehingga bisa diperbaiki dalam hitungan hari. Sementara, bila terjadi pemotongan kabel yang disengaja di bawah laut, hal ini akan sangat fatal.
Sekalipun belum ada bukti terkait pemotongan kabel bawah laut ini, peningkatan aktivitas angkatan laut Rusia pun terus dipantau di Pentagon. Frederick J. Roegge, komandan kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat di daerah Pasifik mengatakan, "Setiap hari saya khawatir terkait apa yang mungkin bisa dilakukan oleh Rusia."
Isu soal kabel serat optik bawah laut ini bukanlah hal yang baru di antara Amerika Serikat-Rusia. Sebelumnya, pada Oktober 1971, kapal selam Amerika Serikat bernama Halibut pernah secara tidak sengaja menemukan kabel telekomunikasi yang digunakan oleh Uni Soviet.
Dalam misi yang diberi kode Ivy Bells ini, kapal selam Amerika Serikat memasuki wilayah laut Okhotsk di sebelah utara Jepang dan menemukan kabel bawah laut yang ternyata digunakan untuk mengirimkan informasi penyerangan nuklir Uni Soviet. Saat itu, Amerika Serikat berhasil mengungkapkan kepada dunia terkait penyadapan rahasia melalui kabel bawah laut.
Berdasarkan laporan, Yantar bukan hanya sekadar kapal pengintai milik Rusia, namun kapal ini juga dilengkapi dengan laboratorium penelitian berteknologi canggih yang memungkinkannya mengumpulkan serta mengolah data, bahkan dari bawah laut.
Rusia semakin meningkatkan kesiapannya dalam menghadapi era perang hibrida. Hal ini terlihat dari berbagai kesiapan Rusia, mulai dari meningkatkan persenjataan konvensional, maupun meningkatkan kecanggihan teknologi sebagai senjata baru mereka di tengah medan perang pada abad ke-21 ini. Rusia juga telah membangun sebuah kapal bawah laut tanpa awak yang dapat mengangkut senjata nuklir untuk digunakan di pelabuhan atau daerah pantai.
Mark Ferguson, komandan angkatan laut Amerika Serikat di Eropa mengatakan bahwa bulan ini terjadi peningkatan dari operasional kapal selam asal Rusia. Patroli kapal selam Rusia telah meningkat sebesar 50 persen selama setahun belakangan.
Kini, Rusia sedang gencar meningkatkan waktu operasional angkatan lautnya sampai ke level yang belum pernah dilakukan selama satu dekade terakhir. Rusia juga melakukan investasi sebesar US$ 2,4 triliun untuk ekspansi armada kapal di Laut Hitam sampai tahun 2020. Hal ini jelas menunjukkan komitmen Rusia untuk mengembangkan infrastruktur militer mereka.
(adt/tyo)