Jakarta, CNN Indonesia --
For Gamers by Gamers, demikian slogan perusahaan aksesori game Razer, dan itu bukan sekadar isapan jempol.
Manager Global Community Razer, Goh Hung Wei menceritakan itu saat ditemui
CNN Indonesia di Senayan City, Kamis (25/2). “Karena dengan begitu kami punya visi yang sama,” katanya.
Hanya gamer yang mengerti gamer, jadi kami hanya merekrut karyawan yang suka bermain gameGoh Hung Wei |
Razer adalah perusahaan perangkat gamer asal California Selatan, Amerika Serikat. Nama mereka memang belum setenar Alien Ware yang dibeli Dell beberapa tahun lalu, namun belakangan mulai membubung pasca mendapat
suntikan dana US$75 juta dari sebuah perusahan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia nama Razer sudah tak asing lagi, terutama bagi mereka yang senang bermain game, entah itu di konsol atau komputer. Karena memang produsen ini menyediakan perangkat di kedua platform tersebut.
 Goh Hung Wei, Manager Global Community Razer. CNN Indonesia/Trisno Heriyanto |
Karena membidik pasar khusus, yang tak begitu besar jumlahnya, Razer mengaku punya strategi berbeda dengan kebanyakan produsen lain di industri yang sama. Komunitas adalah utama.
Wei bertanggung jawab untuk menjadi penyambung lidah antara komunitas Razer di seluruh dunia dengan perusahaan, termasuk di Indonesia. Kehadirannya kali ini juga termasuk agenda menemui para pengguna Razer di Senayan City, Jumat (26/2).
Punya
fans base yang besar dan loyal adalah salah satu kunci keberhasilan Razer, tapi di sisi lain mereka juga mengaku coba untuk memberikan produk yang sesuai dengan keinginan para gamer.
“Pernah ada yang bilang, produk Razer terlalu mahal. Bukan produknya yang mahal, tapi Anda yang tidak sesuai dengan target kami. Kami tak kompromi soal kualitas,” kata Wei.
Banyak hal yang diklaim Wei tak disadari oleh produsen lain di industri yang sama, yakni kebutuhan dasar dan keingian untuk bisa bermain dengan nyaman dengan alat-alat yang dimiliki gamer. Dan untuk melakukan ini bukanlah hal mudah.
“Hanya gamer yang mengerti gamer, jadi kami memang hanya merekrut karyawan yang suka bermain game,” katanya.
Bahkan, menurut Wei, Razer memfasilitasi semua karyawannya agar mereka bisa tetap bermain game. Dari tempat dan peralatan, hingga sejumlah dana yang boleh dibelanjakan untuk membeli game apa pun yang diingkan.
Saat didirikan 2005 lalu Razer hanya diperkuat segelitir orang, kini jumlah karyawannya mencapai 400 orang yang berada di seluruh dunia. Satu hal yang wajib dilakukan mereka, meluangkan waktu untuk bermain game.
Nikmatnya…
(eno)