Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang remaja berusia 12 tahun ditangkap polisi karena telah menggunakan emoji bergambar pistol, bom, dan pisau di sebuah publikasi Instagram.
Fitur emoji di dalam ponsel pintar sebagai pendukung aktivitas chatting maupun publikasi di media sosial malah membawa sial bagi gadis asal Virginia, Amerika Serikat.
Kepolisian setempat mendatangi sekolah Sidney Lanier Middle School di Fairfax, Virginia. Dari laporan
Washington Post, penangkapan dimulai ketika polisi menanyakan sejumlah murid di sana dan informasi mengenai alamat IP yang terkait dengan akun Instagram tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui bahwa gadis yang tak disebutkan namanya itu menulis sebuah pesan di Instagram, "temui saya di perpustakaan hari Selasa" lengkap dengan tiga emoji pistol, pisau, dan bom.
Ia ditangkap atas tuduhan "mengancam sekolah dan penyalahgunaan komputer" yang kemudian dinilai oleh juru bicara untuk sekolah-sekolah di Fairfax County sebagai tuduhan yang tidak masuk akal.
Diketahui tuduhan tersebut sudah dilayangkan pada 14 Desember lalu, namun rencananya sang gadis cilik akan hadir di pengadilan akhir bulan ini.
Sayangnya belum ada keterangan lebih lanjut lagi mengenai proses pengadilan dan pihak otoritas setempat belum merilis motif kasus tersebut.
'Kemelut' penggunaan emojiKasus murid asal Virginia tersebut bukan pertama kali. Sudah banyak netizen yang ditangkap karena telah menggunakan emoji.
Pada Juni 2015 lalu, dua netizen ditahan aparat kepolisian karena menggunakan emoji gambar kepalan tangan, jari yang sedang menunjuk, dan mobil ambulans di dalam pesan di Facebook.
Bahkan juri di pengadilan New York City baru-baru ini harus memutuskan apakah penggunaan emoji gambar polisi yang diiringi dengan emoji pistol di sampingnya, merupakan gambaran ancaman untuk kepolisian.
 (CNN Indonesia/Susetyo Dwi Prihadi) |
Pihak polisi di Amerika Serikat, menurut Washington Post, kerap menunjukan betapa seriusnya sebuah pesan yang diimbuhi oleh emoji. Mereka kerap menilainya sebagai bentuk ancaman.
Kemudian sejumlah pengacara turut adu argumen apakah emoji harus dibawa-bawa ke meja hijau sebagai bukti sebuah kasus, sementara para pakar berpendapat bahwa masalah terbesar adalah menentukan di pengadilan apa yang dimaksud oleh terdakwa dengan menggunakan emoji tertentu di dalam tulisan atau publikasinya.
"Emoji terbilang sebagai cara baru yang ditemukan oleh orang-orang dan sifatnya sudah sangat umum," ungkap ahli bahasa Tyler Schnoebelen. "Kasus penggunaan emoji semakin banyak belakangan ini. Mereka akan jadi sasaran baru di ranah hukum."
Kasus penggunaan emoji semakin banyak belakangan ini. Mereka akan jadi sasaran baru di ranah hukumTyler Schnoebelen. |
Emoji dianggap tidak memiliki standar definisi tertentu dan penggunaannya memang selama ini bersifat ragam tergantung bagaimana si pengguna dan konteks tulisannya.
"Anda bisa paham banyak kata dalam cara tertentu. Ini (penggunaan emoji) sangat menantang karena penuh simbol dan gambar untuk menafsirkannya," tutur asisten direktur klinik Cyber Law di Harvard Law School, Dalia Topelson Ritvo.
Terkait kasus murid di Fairfax, Virginia, Ritvo mengatakan pesan yang ditulisnya itu memang terkesan mengancam. Namun kabarnya para jaksa penuntut masih harus mengkaji apakah emoji bom, pistol, dan pisau mengindikasi keinginan mengancam sekolah atau sekadar bentuk amarah.
Ibu dari gadis 12 tahun itu membelanya dengan mengatakan bahwa tulisan anaknya itu sebagai respon dari dirinya yang kerap jadi korban bully.
"Ia anak yang baik, tidak pernah mendapat masalah sebelumnya. Menurut saya kasus ini tidak harus dibawa ke meja hijau," tutur sang ibu.
Penggunaan emoji jika memang ingin dipermasalahkan hingga ke ranah hukum, diyakini harus segera dikaji karena penggunaannya sangat meluas.
"Masalah seperti ini tentunya bakal bertambah. Semakin banyak orang menggunakan ponsel pintar dan bermain media sosial di internet, maka semakin banyak emoji tersebar yang kemudian berujung jadi bukti sebuah kasus," tukas salah satu pengacara asal Maryland yang khusus membahas masalah internet, Bradley S. Shear.
Siapa yang menyangka bahwa emoji bisa begitu berbahaya?
(tyo)