Jakarta, CNN Indonesia -- Startup GDILab baru saja meluncurkan GDIAnalytics yang mampu mengolah data yang ada dari tiga sosial media yang berbeda, yaitu Twitter, Facebook, dan Instagram. Lalu data apa saja yang diolah?
Berbagai percakapan yang terjadi antar pengguna Twitter, Facebook, atau Instagram merupakan data yang tidak terstruktur dan tidak memiliki pola. Namun jika diolah lagi, ini bisa menghasilkan sebuah informasi berharga yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan strategi marketing, riset pasar, respon pasar akan sebuah produk, dan lain-lain.
"Berkat data yang kita olah, kita bisa tahu bahwa pedagang kaki lima itu biasanya ngobrolin tentang kebijakan, makanan favorit, dan segala macam. Informasi ini berharga untuk riset pasar," kata Jefri Dinomo, Co-founder dan VP Product Development GDIAnalytics saat meluncurkan GDIAnalytics di Jakarta, Jumat (18/03).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan dukungan dari sejumlah pihak, GDIAnalytics pun bisa menganalisis kebiasaan pengguna media sosial melalui apa yang mereka posting, menghitung berapa jumlah posting, serta mengumpulkan informasi melalui hashtag dan username.
Yang menarik, startup yang bergerak di bidang penyajian data analitik ini mampu memaparkan hasil data yang sudah diolah dari ketiga media sosial dalam satu tampilan sehingga pengguna bisa langsung membandingkan dan menarik kesimpulan.
Untuk menampilkan berbagai informasi dalam bentuk Software as a Service (SaaS) yang bisa diakses melalui browser, GDIAnalytics menciptakan engine sendiri. Namun untuk mengumpulkan data, mereka tidak bisa serta merta melakukannya tanpa izin.
Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data Instagram dan Facebook, GDIAnalytics sendiri membeli lisensi Firehouse, sebuah penyedia framework yang menyediakan dan mengarsipkan data dari berbagai media sosial.
Berbeda dengan Instagram dan Facebook, untuk mengolah data Twitter, GDILab sendiri bekerja sama dengan Twitter sehingga bisa menggunakan Software Development Kit (SDK) langsung dari Twitter.
Melalui SDK tersebut, Twitter menyediakan berbagai informasi, seperti jenis kelamin, umur, lokasi, jumlah post, retweet, percakapan antar pengguna, dan lain-lain yang bersifat umum.
Walaupun Twitter bersedia untuk memberikan datanya, Twitter tetap menjunjung tinggi privasi pengguna.
"Semua bisa dianalisis, tapi tidak semua data kita buka. Twitter akan terus menjaga privasi penggunanya. Tidak mungkin orang mau dibuka semua datanya," kata Roy Simangunsong, Country Head Twitter Indonesia.
Ke depannya GDIAnalytics akan bisa mengolah data yang berasal dari sosial media lainnya seperti YouTube dan Pinterest.
GDILab sendiri merupakan startup bergerak di bidang social media analytics yang berdiri pada Desember 2013. Startup yang didirikan oleh Billy Boen, Yopie Suryadi, Jefri Dinomo, dan Masas Dani ini juga menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan data analitik di Thailand, Digital Associates.
(tyo)