Jakarta, CNN Indonesia -- Media sosial Starcon dari Korea Utara yang sangat mirip dengan Facebook, baru saja mengudara beberapa hari. Mereka langsung mendapat serangan siber, yang salah satunya berhasil membobol sistem keamanan.
Seorang remaja 18 tahun asal Skotlandia, Andrew McKean, mengklaim berhasil meretas sistem Starcon. Ia mengaku tidak perlu bersusah payah untuk bisa membobolnya.
Untuk bisa mengakses panel pengontrol dari website tersebut, ia cukup mengklik sebuah link bertuliskan "admin" yang ada di bagian bawah situs.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, Andrew tentunya dihadapkan oleh kolom username dan password. Level ini bisa dilaluinya dengan sangat mudah karena login akun administratornya masih standar, yakni kombinasi "admin" dan "password".
“Uh, bukan saya yang membuat website ini. Saya hanya menemukan (akses) login-nya,” kata Andrew.
Melalui pengontrol panel, Andrew bisa melakukan beberapa hal seperti menghapus ataupun memblokir akun pengguna, mengganti nama situs, menyensor kata-kata tertentu, mengatur iklan-iklan yang ditampilkan, sampai melihat akun email seluruh penggunanya.
Namun setelah berhasil mencapai backend dari Starcon, ia mengaku tak berencana untuk mengutak-atik website tersebut.
"Saya tidak tahu mengapa, tapi saya hanya ingin memeriksa apakah bisa berfungsi. Setelah semua itu, saya menyadari situs tiruan Facebook ini tergolong baru dan tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap situs ini," kata Andrew.
 Kicauan Dyn tentang keberadaan media sosial Starcon dari Korea Utara. |
Diketahui, perusahaan penyedia solusi teknologi Dyn asal Amerika Serikat, merupakan pihak pertama yang pertama kali mengungkap di Twitter soal keberadaan media sosial Starcon.
Dyn juga memberikan gambar tampilan situs Starcon. Dari situ, terlihat satu-satunya hal yang membedakan Starcon adalah ketiadaan logo Facebook di halamannya.
Selebihnya sama persis dengan Facebook. Starcon memakai warna biru di bagian atas. Pengguna dimungkinkan untuk update status, ada kolom chatting di kanan bawah, lalu bisa juga mencari seseorang, hashtag, dan grup di kotak Search.
Direktur Analisis Internet Dyn, Doug Madory, berkata situs web Starcon ini sangat tidak biasa, karena ia memakai layanan hosting di Korea Utara. Sementara itu, banyak situs web orang Korea Utara yang memakai hosting di China.
Dia menduga Starcon bukan media sosial yang dibangun oleh pemerintah, melainkan oleh perorangan di Korea Utara.
(adt/eno)