Jakarta, CNN Indonesia -- Raja Mesir Tutankhamun telah dikubur bersama sejumlah benda kuno miliknya, salah satunya pisau belati besi lengkap dengan gagang dan sarung emas. Diketahui pisau belati itu diyakini terbuat dari objek antariksa yang jatuh ke Bumi.
Penelitian yang dipimpin oleh tim ilmiah dari Polytechnic University of Milan menemukan bahwa logam yang melapisi pisau belati milik Raja Tut — begitu ia dikenal — terbuat dari meteroit.
Besi bisa dikatakan bukan bahan yang umum untuk peralatan di Mesir hingga abad ke-8 sebelum Masehi, atau sejatinya setelah masa kepemimpinan Tut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu isu terkait pengerjaan bahan besi adalah titik lebur tertingginya yakni 1.538 derajat Celsius," tutur pakar kimia Daniela Comelli yang memimpin penelitian tersebut dalam pernyataan tertulis melalui email kepada Canadian Broadcast Corporation.
Ia melanjutkan, "karena itu para tukang besi pada masanya tidak bisa memanaskan bijih besi untuk mengekstrak besi dan tak mampu menempa besi itu untuk menjadi senjata."
Comelli dan timnya menganalisis besi pada pisau belati Raja Tut dan membandingkannya dengan 11 analisis logam meteorit yang sudah ada.
Mengutip Quartz, mereka menemukan besi yang tidak murni di pisau belati itu, termasuk elemen logam putih nikel dan kobalt yang merupakan karakteristik besi dari meteroit antariksa.
Tim Comelli menjelaskan, masyarakat kuno Mesir cenderung menggunakan palu untuk membentuk logam yang telah jatuh ke permukaan Bumi dari angkasa.
Karena jarangnya objek yang terbuat dari besi di zaman Mesir kuno, para peneliti meyakini bahwa besi meteorit kemungkinan sangat berharga ketimbang emas kala itu.
"Langit sangat penting bagi masyarakat Mesir kuno," jelas pakar ilmu Mesir Joyce Tyldesley dari University of Manchester, Inggris yang juga anggota tim peneliti tersebut.
Ia menyambung, "hal-hal yang jatuh dari angkasa akan mereka anggap sebagai karunia dari para dewa."
Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Meteoritics and Planetary Science.
(tyo)