Labuan Bajo, CNN Indonesia -- Setelah menggempur pasar ponsel Indonesia dengan perangkat berlabel maksimal Rp2 juta, Lenovo pastikan akan melanjutkan strategi serupa di tahun depan. Selain ponsel, tahun ini Lenovo juga memperkenalkan kemunculan VR
headset yang sama-sama menyasar segmen menengah.
Miranda Warokka, Mobile Business Group Marketing Manager Lenovo Indonesia menyebut salah satu alasan mendasar yakni menawarkan pengalaman yang sama dengan konsumen di segmen premium.
"Misi Lenovo ingin semua orang bisa rasakan teknologi VR
(virtual reality), makanya kita bikin yang terjangkau. Waktu itu beredar hanya VR untuk
high-end, sementara kita ingin supaya semua orang bisa merasakan pengalaman yang sama," pungkas Miranda saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4P Manager MBG Lenovo Indonesia mengatakan Anvid Erdian menambahkan, performa bisnis VR
headset di Indonesia mendapat sambutan positif. Bukan hanya dari sisi penjualan, Anvid menyebut dukungan positif juga didapat pengembang gim.
"Responnya bagus banget sih, justru kita pas lagi
launching memang pengen sesuatu berbeda dengan yang lain, makanya keluar yang
mainstream terus kita kerja sama dengan beberapa developer aplikasi," imbuh Anvid.
Ia menambahkan, hingga saat ini Lenovo telah menggandeng pengembang aplikasi Red Out yang dikenal dengan gim
online PC-nya di Indonesia.
Kemunculan VR headset Lenovo juga dibarengi dengan perangkat pendukung yakni berupa VR controller. Layaknya sebuah remote control, VR controller dibuat untuk memudahkan pengguna saat menonton video atau bermain gim.
"Terakhir mungkin ingat, kita keluarkan VR
controller. Kalau brand lain pakai VR controller itu dari toolsnya, kita bisa dengan tangan sekarang dan menjadi nilai tambah dibandingkan brand lain," ucapnya.
Kedepan, ia memastikan masih akan menjejali pasar Indonesia dengan beragam inovasi untuk ponsel dan VR headset. Namun ketika disinggung mengenai inovasi yang dimaksud, Anvid mengatakan masih perlu melihat tren apa yang akan ramai pada tiga hingga lima tahun kedepan.
"Saya belum bisa bilang apa saja inovasinya karena harus lihat dulu trennya di tiga hingga lima tahun kedepan akan jadi apa. Kalau
artificial intelligence (AI) bisa diartikan sebagai suatu kebutuhan, tentu akan kami kembangkan lebih lanjut," katanya menutup percakapan.
(evn)