Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak teknologi informasi (IT) berkembang pesat di Indonesia, beberapa pemerintah daerah berlomba-lomba menjadikan kawasannya sebagai Kota Pintar atau Smart City. Padahal ada standar sendiri suatu kota bisa disebut sebagai Smart City.
Seperti diutarakan Guru Besar Sekolah Teknik Elekro dan Informatika (STEI) ITB Suhono Harso Supangkat, bahwa--misal--sudah memasang CCTV di setiap sudut jalan bukan berarti kota tersebut disebut Smart City.
"Bukan berapa banyak teknologinya yang dibeli, akan tetapi setelah itu akan diapakan bagaimana menggunakannya," kata Suhono di peluncuran Bekasi Smart City, di Pendopo Walikota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang juga sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB itu mengatakan Smart City ideal adalah teknologi mampu mengintegrasikan dan menjadi solusi setelahnya.
"Jadi teknologi itu bisa memprediksi kapan terjadinya banjir, bahaya kandungan air tercemar atau mungkin bisa memprediksi tindak kejahatan. Semuanya saling terintegrasi dan menghasilkan solusi," katanya.
Dia menyebut saat ini tak ada kota di Indonesia yang layak disebut sebagai Smart City seutuhnya. Pria yang selama ini menginisiasi Smart City tersebut baru memberikan level 60 bagi kota tertinggi seperti Jakarta.
Suhono menyebut salah satu alasan belum sempurnanya Smart City di Indonesia karena belum adanya sumber daya manusia yang mencukupi dan satu kesatuan soal standar nasional.
"Misalnya di tol saja kita bisa menemukan berbagai macam e-toll, karena masing-masing bank ingin punya kartu elektronik sendiri. Belum lagi di setiap tol itu operatornya beda-beda, itu kendala lainnya. Saat ini kami masih mencoba memberikan masukan untuk menjadi standar bagi Smart City secara nasional," tegasnya.
Pemerintah Kota Bekasi sendiri telah menghadirkan aplikasi Sorot yang terintegrasi dengan Command Center.
Teknologi tersebut menjadi salah satu upaya agar Kota Bekasi bisa menuju Kota Pintar.
Bekasi Smart City merupakan hasil kolaborasi antara Telkomsel dengan dengan LAPI (Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sekadar diketahui, aplikasi Sorot yang baru tersedia untuk platform Android itu bisa dimanfaatkan oleh jutaan warga Kota Patriot untuk melaporkan masalah yang ada di sekitar wilayahnya. Misalnya, bila ada sampah yang belum terangkut atau jalan berlubang bisa dilaporkan melalui aplikasi tersebut.
Nantinya, laporan akan diterima dan terintegrasi di Command Center yang dibangun di Kawasan Kantor Walikota Bekasi. Ada sekitar tiga orang yang bergilir untuk menerima dan menindaklanjuti laporan tersebut.
(hnf)