Jakarta, CNN Indonesia -- Pemblokiran akses internet menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Facebook. Bagi mereka, padamnya jaringan internet bisa menyebabkan kerugian yang cukup besar.
Padamnya jaringan internet berimbas pada hilangnya potensi kunjungan dari pengguna Facebook. Negara seperti Gabon, Mesir, dan India, yang memutus jaringan internet berskala nasional menurut Facebook sejatinya sedang merugi.
"Kami merasa mereka tidak mendapat cukup perhatian," ujar Matt Perault, kepala kebijakan global Facebook, seperti dilansir
CNN.
Perault menyebut sampai saat ini masih ada sejumlah negara yang memblokir internet dalam skala lebih kecil. Untuk mendeteksi pemblokiran internet, Facebook dengan membentuk tim pengawas internal dan mengirim orang ke lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perault berdalih upaya mereka ini bukan semata untuk menambah jumlah pengguna Facebook. Ia merujuk pada sebuah studi yang menyebut angka kerugian akibat internet padam mencapai US$2,4 miliar pada 2015.
Studi oleh Darrell M. West dari Brookings yang dilansir Oktober 2016 itu menyebut potensi ekonomi digital lenyap bila koneksi internet putus. Hal itu terjadi pada Mesir yang pernah menutup akses internet selama lima hari.
West memperkirakan Mesir merugi hingga US$90 juta atau Rp1,2 triliun meski pemblokiran internet hanya lima hari. Imbasnya pun cukup luas seperti bisnis e-commerce lumpuh hingga rumah sakit dan pabrik yang kehilangan produktivitasnya.
fa
Empat dari lima pengguna Facebook berasal dari luar Amerika Serikat. Alhasil cukup banyak pengguna Facebook yang terdampak dengan pemblokiran internet ini.
Mereka mengklaim setidaknya ada 48 kali upaya mengakses Facebook, WhatsApp, dan Instagram, terganggu selama 2016. Salah satu gangguan itu ada yang dilakukan dengan sengaja.
Salah satu pemadaman internet yang paling parah terjadi di Kamerun. Di sana, koneksi internet terputus selama 50 hari.