Mobil Listrik di Indonesia, Adalah Soal Kemauan

Hafizd Mukti | CNN Indonesia
Kamis, 23 Mar 2017 12:50 WIB
Thailand sudah berpikir untuk mengembangkan industri otomotif berbasis listrik. Bagaimana Indonesia? Berpikirpun tampaknya belum.
Mobil listrik Faraday. Mobil listrik diprediksi akan dalang lebih cepat, jika tidak dipersiapkan Indonesia akan tertinggal jauh. (Ethan Miller/Getty Images/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keseriusan Thailand menggarap mobil listrik, jadi pukulan telak bagi Indonesia khususnya terkait pengembangan inovasi dan teknologi. Untuk mendekati industri otomotif layaknya negeri tetangga, tampaknya masih jauh panggang dari api.

Jangankan soal mobil listrik, Indonesia masih berkutat untuk meningkatkan standar kualitas bahan bakar menuju Euro 4. Di Asia Tenggara, Indonesia bersanding bersama Laos yang masih menggunakan Euro 2. Sedangkan negara lain, sudah berada di level Euro 5 dan Euro 6.

"Jangan kan listrik, aturan untuk Euro 4 saja belum keluar. Ini memang Indonesia tertinggal jauh," kata Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Yohannes Nangoi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (22/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Thailand bahkan memasukan manufaktur mobil listrik dalam sepuluh target strategis mereka untuk mengembangkan industri berbasis teknologi tinggi dan memberi tenggat 5-10 tahun untuk melihat mobil listrik berseliweran di jalanan.


"Di Indonesia itu masih jauh. Thailand saat ini sangat gencar, peraturan diperdalam. Sedangkan di Indonesia, masih saja soal bahan bakar," ungkap Nangoi.

Terlalu jauh berpikir untuk mobil listrik, bahkan, kata Nangoi, untuk membayangkannya pun, pihak industri tidak bisa menerkanya, selama tidak ada aturan yang melandasinya. Pihak industri, katanya, sudah siap jika payung hukum diberlakukan, namun, tak ada satupun dari pemerintah untuk berpikir ke sana.

"Merek-merek di Indonesia itu kan bukan merek mobil kecil. Ada dari Jepang, Amerika, Eropa. Mereka kan punya mobil-mobil listrik yang telah teruji dan sudah dipasarkan. Kami pihak industri tinggal menunggu, dan pasti siap jika pemerintah memang mau."


Nangoi mengatakan, meski belum ada investor yang benar-benar tertarik membuka manufaktur dalam skala besar di Thailand, sinyal positif yang diberikan pemerintahan di sana memberikan dorongan industri otomotif untuk berani berinovasi.

Wakil Perdana Menteri Thailan Somkid Jatusripitak meyakini bahwa dalam lima tahun ke depan, industri ini akan menjadi sangat menjanjikan, terutama di tengah harga bahan bakar yang semakin tinggi serta kondisi masyarakat yang mengidamkan mobil hemat energi dan ramah lingkungan.


"Bagaimana dengan kita? Berpikirpun sepertinya belum," ujar Nangoi. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER