Jakarta, CNN Indonesia -- Indosat Ooredoo angkat bicara soal penerapan tarif Rp1 yang dibicarakan bakal membuat mereka merugi. Operator ini yakin selama kebijakannya menguntungkan konsumen, mereka tak akan rugi.
Sharif Mahfoedz, Division Head Data Services Indosat Ooredoo, menyebut Rp1 awalnya diperuntukkan bagi pelanggan mereka di luar Pulau Jawa sejak awal 2017. Menurut dia, mereka yang tinggal di luar Jawa kerap kesulitan menelepon karena pembagian wilayah.
"Kita tahu di luar Jawa operator sebelah itu tarifnya ribet banget, kita dapat masukan. Rp1 ini sebenarnya untuk menjawab di luar Jawa itu," ucap Sharif saat ditemui di kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (24/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah merasa sambutannya bagus, Sharif menuturkan mereka berani memboyong tarif baru itu ke wilayah Jawa yang lalu lintas komunikasinya jauh lebih padat.
Sharif mengaku perusahaannya tidak takut merugi meski tarif yang mereka pasang sangat murah. Padahal, seperti yang ia katakan, tarif Rp1 itu tidak dimaksudkan sebagai promo menyambut Ramadan saja namun untuk masa seterusnya.
Ia mengklaim hal itu dengan menunjuk hasil performa Indosat secara keseluruhan di laporan keuangan kuartal satu.
"Kalau menjawab kebutuhan konsumen, malah tidak ada ruginya buat kita," ujar Sharif.
Sharif juga sempat menyinggung ada operator seluler lain yang terlalu mahal telepon selama 15 detik dengan tarif Rp600.
Tarif telepon Rp1 per detik sendiri adalah tarif yang dari Indosat untuk menelepon ke semua operator. Namun Rp1 per detik hanya berlaku untuk telepon selama 30 detik. Lebih dari itu, pelanggan akan dikenakan tarif telepon reguler.
Sebelumnya, Leonardo Henry Gavaza CFA, analis saham PT Bahana Securities, pernah mengatakan bahwa industri telekomunikasi di Indonesia sudah mulai pulih pasca perang harga yang dilakukan oleh para operator di tahun 2008 yang lalu.
Jika Indosat terus melakukan perang harga seperti sekarang ini, Leo bisa memastikan profitabilitas perseroan akan semakin terpuruk.
Bila profitabilitas terganggu dipastikan akan berdampak serius kepada revenue dan net profit. Revenue dan net profit perseroan akan kembali terseok-seok. Terlebih lagi tarif data yang dijual oleh operator saat ini sudah terbilang sangat murah.
“Jika Telkomsel sampai terpancing untuk menurunkan tarifnya kemungkinan Indosat dan XL bisa mati. Jika Indosat dan XL mati maka dominasi Telkomsel akan semakin kuat lagi yang ujungnya industri telekomunikasi nasional yang terpuruk,”papar Leo.
Axis dan Esia pernah melakukan perang harga percakapan telponnya dan internet secara masif. Akibatnya industri telekomunikasi nasional menggalami tekanan dan mengurangi profitabilitas perusahaan telekomunikasi.
Akhirnya kedua operator yang getol melakukan banting-bantingan harga, kini tinggal kenangan.