Jakarta, CNN Indonesia -- Stasiun luar angkasa Tiangong milik China diperkirakan akan menabrak permukaan Bumi dalam beberapa bulan kedepan.
Laporan yang dirilis The Guardian menyebut stasiun luar angkasa dengan bobot 8,5 ton itu diketahui telah kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki ketinggian.
Sejak 2016 lalu, sejumlah spekulasi mengenai nasib Tiangong sempat menuai kontroversi. Pejabat China mengatakan kepada Dewan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 2016 lalu bahwa stasiun luar angkasa miliknya akan menabrak Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkirakan kejadian tersebut akan terjadi antara bulan Oktober 2017 hingga April 2018. Tim peneliti sejauh ini belum dapat memperkirakan di mana persisnya Tiangong akan 'mengakhiri hidupnya'.
Sejak saat itu, orbit Tiangong dikabarkan terus mengalami penurunan. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir Tiangong dikabarkan mulai 'terjun bebas' ke area atmosfer BUmi.
"Sekarang Tiangong berada di ketinggian kurang dari 300 km dan berada di atmosfer yang lebih pada dengan tingkat kerusakan yang kian massif," ungkap astrofisikawan dari Universias Harvard, Jonathan McDowell seperti diansir
The Guardian.
McDowell memperkirakan ada kemungkinan Tiangong akan jatuh ke Bumi dalam bentuk kepingan dengan bobot sekitar 100 kilogram.
Namun begitu, sejumlah ilmuwan mengatakan kecil kemungkinan stasiun luar angkasa China ini jatuh di area padat penduduk hingga berpotensi menelan korban jiwa.
Tiangong diluncurkan pada 2011 dan menjadi simbol ambisius kedigdayaan China. Pada tahun 2012, Tiangong sempat disinggahi astronaut wanita China pertama, Liu Yang.
Meski berukuran sangat kecil menurut standar stasiun luar angkasa, namun Tiangong membawa misi menjadi purwarupa stasiun luar angkasa masa depan.
(evn)