Lampu LED, Cahaya Ramah Lingkungan yang Disebut Picu Polusi

Ervina Anggraini | CNN Indonesia
Minggu, 26 Nov 2017 12:25 WIB
Meski tergolong ramah lingkungan, cahaya artifisial dari lampu LED kini mulai menuai kritik lantaran dianggap memicu polusi cahaya.
Ilustrasi lampu LED. (dok. REUTERS/Mike Segar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski ramah lingkungan, penggunaan cahaya artifisial Light-Eitting Diode (LED) kini mulai menuai kekhawatiran. Dalam sebuah jurnal yang ditampilkan dalam Science Advances menunjukkan kenaikan penggunaan cahaya artifisial di luar ruangan mulai memicu polusi cahaya.

Sekitar 2,2 persen cahaya artifisial di luar ruangan yang ditempel pada satelit sepanjang periode 2012 hingga 2016 berkontribusi memicu dampak serius.

Bagi makhluk hidup, penggunaan lampu artifisial yang berlebihan dapat mengancam kehidupan hewan nokturnal, tumbuhan serta mikroorganisme. Sementara bagi manusia, penggunaan lampu artifisial yang tidak dibatasi bisa mengganggu siklus waktu tubuh serta jam tidur yang meningkatkan potensi penyakit, diabetes, hipertensi dan depresi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Franz Holker, salah satu peneliti untuk jurnal tersebut mengkategorikan lampu artifisial sebagai polutan lingkungan.

Jika tak dikurangi, menurutnya jumlah emisi yang dihasilkan lampu LED akan terus bertambah dan bisa mengurangi area Bumi yang mengalami siklus alami cahaya Matahari di siang dan malam hari.

“Kita seringkali tidak memikirkan dampak ketika menggunakan lampu artifisial di malam hari,” ungkap Holker seperti dilansir The Verge.

Dalam risetnya, Holker dan tim menggunakan radiometer yang didesain khusus dan ditempel pada satelit. Hasilnya, menunjukkan wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Serikat berkontribusi besar terhadap polusi cahaya.

Sementara Yaman dan Suriah mengalami penurunan tingkat penggunaan lampu artifisial paling tinggi. Negara-negara seperti Italia, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat terlihat stabil meski dulu dikenal sebagai area paling terang di dunia.

Harganya yang murah, disebut Chris Kyba seorangfisikawan dari German Research Center for Geosciences mengutip BGR mengungkap saat ini banyak orang berlomba-lomba menggunakan lampu LED untuk menekan biaya sekaligus menerangi sebanyak mungkin area.

"Daerah yang dulu tidak diperhatikan dari segi pencahayaan, kini kita berikan lampu," jelas Chris.

Temuan ini tenta berbanding terbalik dengan semangat menghemat energi dengan biaya lebih murah serta spesifikasinya yang mampu bertahan lama.

Salah satu solusi yang bisa ditempuh yakni dengan mengurangi pencahayaan di area yang sudah cukup terang serta penggunaan fitur lampu yang memungkinkan keluarnya cahaya hanya untuk daerah yang diterangi. (evn/sat)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER