Jakarta, CNN Indonesia -- Setiaji, Kepala Jakarta Smart City menyebut bahwa banjir yang menggenang di sejumlah wilayah di DKI Jakarta sejak Senin (6/2) luput dari pantauan sistem Jakarta Smart City yang ia tangani.
"Kita sudah ada modelnya, kemarin itu banjir disebabkan oleh air dari atas (Bogor) yang turun. Variabel cuaca di daerah Bogor belum masuk," tuturnya saat ditemui
CNNIndonesia.com di konferensi pers IDC di Jakarta , Kamis (8/2).
Padahal menurut Setiaji, sistem pemantauan banjir dan macet yang disiapkan sudah bisa memantau dan memprediksi banjir hingga 10 hari kedepan.
Hanya saja, ia mengakui luput untuk memasukkan variabel perkiraan cuaca di Bogor yang menjadi hulu dari air yang masuk ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiaji mengungkap bahwa Jakarta dialiri oleh 13 aliran sungai yang hulunya bukan dari Jakarta. Sehingga, seperti peristiwa banjir kemarin banyak terjadi di daerah aliran sungai.
"Nanti akan lebih siap," tegasnya.
Harapannya, dengan sumber data yang lebih lengkap, nantinya banjir di wilayah Jakarta akan bisa lebih diantisipasi. Antisipasi yang akan dilakukan seperti menyiapkan pembersihan drainase di wilayah potensi banjir dan menyiapkan pompa air mobile.
"Pompa juga harus siap beroperasi, jangan sampai air sudah tinggi pompa baru jalan. Artinya kita udah aware duluan," tuturnya.
Lebih lanjut, Setiaji memaparkan bahwa untuk memprediksi banjir ini pihaknya mengumpulkan dan menganalisis data dari proyeksi cuaca sepuluh hari kedepan, data sejarah genangan, data muka air di pintu air, data keluhan warga di media sosial dan aplikasi CLUE. Data ini kemudian diolah dengan rumusan internasional, model Arima, untuk prediksi banjir.
(eks/age/eks)