Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat keamanan siber Alfons Tanuwijaya menilai persoalan identitas diri dan mendapatkan keuntungan finansial menjadi motif sebagian peretas untuk membajak situs tertentu.
Hal itu disampaikan Alfons terkait dengan sejumlah situs lokal terkuak dilakukan oleh peretas asal Surabaya, beberapa waktu lalu.
"Ini hanya tindakan anak muda yang mulanya mencari identitas diri dengan meretas situs. Lalu mereka melihat kesempatan mendapatkan keuntungan finansial jangka pendek," ujarnya melalui pesan singkat, Selasa (13/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menuturkan jebolan sekolah ilmu komputer rata-rata memiliki keahlian soal keamanan siber. Alfons juga menambahkan hal itu belum dihitung dengan orang-orang yang belajar secara mandiri.
"Kalau ada 5 persen saja yang memiliki skill tinggi, sekitar 7 juta pengguna (Internet yang mampu meretas)," kata dia.
Alfons membenarkan bahwa adanya hacker di Indonesia lebih banyak berasal dari jalur informal, belajar dari teman, komunitas atau group. Namun sebenarnya, sudah ada sekolah yang mengajarkan etik peretasan meski jumlahnya masih sangat sedikit.
Hal inilah yang menyebabkan banyak anak muda terjebak menjadi peretas jahat ketimbang masuk ke sektor formal. Padahal kebutuhan akan tenaga keamanan siber di Indonesia disebut Alfons sangat besar.
Meski muda, tak sedikit menurut Alfons peretas Indonesia yang menggegerkan dunia.
Sebut saja Yogi Nugraha pernah membuat geger dengan mematikan Internet Malaysia. Dia juga pernah menyadap data militer Singapura dan deface pelbagai situs Australia ketika terjadi perang siber dengan negara-negara tersebut.
"Situs NYPD juga pernah diretas hacker Indonesia. Namun sampai saat ini FBI belum berhasil menangkap pelaku yang diperkirakan berasal dari Indonesia," imbuhnya.
Tak Melanggar HukumNamun tak sedikit pula peretas ulung yang masuk ke sektor sekuriti dan tak terdeteksi pernah melakukan tindakan melanggar hukum.
"Dany Firmansyah yang pernah meretas KPU sekarang kan jadi konsultan sekuriti Xnuxer. Onno W Purbo, I Made Wiryana, Jim Geovedi semuanya berjalan di jalur yang benar dan sejauh ini tidak terdeteksi melakukan tindakan melanggar hukum," cerita Alfons.
Sebelumnya, Subdit IV Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya mengangkap tiga pelaku kasus peretas situs web yang merugikan 600 situs web di dalam dan luar negeri. Mereka tergabung dalam komunitas Surabaya Black Hat.
(asa)