LAPORAN DARI SHENZHEN

Adopsi AI Diprediksi Dongkrak Konsumsi Data

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Rabu, 18 Apr 2018 09:41 WIB
Huawei memperkirakan adopsi kecerdasan buatan akan mendongkrak konsumsi data perorangan dan korporasi di dunia, disamping meningkatkan potensi ekonomi.
Ilustrasi. Huawei memprediksi adopsi AI di masa depan akan mendongkrak ekonomi dan konsumsi data pengguna. (Foto: dok. geralt/pixabay)
Shenzhen, CNN Indonesia -- Huawei menunjukkan kesungguhannya menjajaki potensi kecerdasan buatan (AI) dalam segala lini kehidupan. Mereka memperkirakan akan ada 100 miliar koneksi yang tercipta di seluruh dunia pada 2025 nanti.

Huawei menuangkan pandangan lengkapnya tersebut ke dalam Global Industry Vision (GIV) 2025 yang menitikberatkan peran dan pemanfaatan AI.

William Xu, Chief Strategy Marketing Officer Huawei, mengatakan AI terutama akan berpengaruh pada pola komunikasi. Ia berkata konten video akan merajai trafik data hingga 89 persen. Lalu secara korporasi, 86 persen di antaranya akan menggunakan AI dalam operasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seiring dengan itu, rata-rata konsumsi data tiap orang di dunia diprediksi naik 30 kali lipat sebesar 4 GB per harinya. Potensi ekonomi pun diprediksi akan turut meningkat hingga US$23 triliun.

William memberi contoh penerapan  AI yang paling dekat berasal sistem pemeliharaan di perusahaan telekomunikasi. Menurutnya operator akan lebih mudah mengantisipasi timbulnya masalah di jaringan mereka karena AI dapat menganalisis dan memberi solusi sebagai antisipasi.

"Sehingga akan ada pemangkasan ongkos pemeliharaan yang cukup signifikan," ucap William di ajang Huawei Global Analyst Summit 2018 di Shenzhen, China, Selasa (17/4).

Laporan tersebut juga mendapati perangkat pintar akan melonjak seiring populernya AI. Sektar 40 miliar perangkat cerdas, 12 persen dari tempat tinggal akan memiliki robot pelayan, 440 juta pengguna VR/AR.

Namun yang tak kalah penting, emisi karbon dari setiap koneksi yang tercipta ini diperkirakan turun hingga 80 persen pada 2025.

Kendati demikian kondisi tersebut memerlukan syarat yang cukup berat yakni jaringan internet berkecepatan tinggi, yang notabene belum terpenuhi di Indonesia.

"Yang diperlukan agar semua benda terhubung adalah 5G dan ultra broadband," ujar Direktur Eksekutif Huawei, David Wang.

Indonesia mulai mencicipi kecepatan 4G secara komersial pada 2015 lalu. Mengingat masa perjalanannya yang masih tergolong singkat, para operator seluler diperkirakan tak akan beralih ke 5G dalam waktu dekat.

Sementara beberapa negara seperti Korea Selatan dan Jepang diketahui mulai berancang-ancang menerapkan jaringan 5G. Efek paling hebat dari 5G ini adalah koneksi internet berkecepatan gigabits per second (Gbps). (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER