Jakarta, CNN Indonesia -- Observator luar angkasa milik Agensi Luar Angkasa Eropa (ESA) berhasil memetakan
galaksi Bimasakti. Observator
luar angkasa bernama Gaia ini memang sengaja diterbangkan oleh ESA untuk mengukur dan jarak dari bintang-bintang dengan lebih presisi.
Hasilnya, Gaia berhasil memetakan galaksi Bima Sakti bersama dengan galaksi-galaksi lain yang berdekatan. Peta ini dibuat berdasarkan pengukuran terhadap 1,7 miliar bintang. Peta ini menjadi peta galaksi yang paling lengkap yang ada saat ini.
Peta ini menunjukkan bagaimana posisi, kecerahan, dan warna bintang yang diamati satelit ESA itu antara Juli 2014 hingga Mei 2016. Dengan meneliti lokasi kecerahan dan detil lain tentang galaksi kita, hasil pengamatan ini membantu peneliti memahami bagaimana posisi sistem tata surya kita diantara lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Peta galaksi Bimasakti dan galaksi lain yang berdekatan. Foto paling atas menunjukkan bagaimana warna dan kecerahan bintaing. Foto tengah menunjukkan bagaimana kepadatan bintang. Sementara foto paling bawah menunjukkan bagaimana debu ruang angkasa yang mengisi galaksi (Europe Space Agency) |
"Gaia akan membantu pemahaman kita tentang alam semesta pada semua skala kosmik," jelas Timo Prusti, ilmuwan proyek Gaia di ESA seperti tertulis dalam
web ESA. "Bahkan di wilayah tata surya yang kami pikir merupakan wilayah yang paling kami pahami, Gaia mengungkapkan berbagai hal baru yang menarik."
Dalam peta ini, peneliti dapat mengidentifikasi tingkat kecerahan, warna bintang, kerapatan mereka, bahkan debu ruang angkasa yang mengisi galaksi.
Gaia sendiri meluncur pada Desember 2013 dan mulai beroperasi setahun setelahnya. Pada 2016, Gaia berhasil menyelesaikan kumpulan data pertamanya yang berisi lebih dari semiliar bintang, jarak antarbintang dan pergerakan dari 2 miliar bintang. Rilis terbaru ini jauh lebih presisi dan padat isi.
Gaia diperkirakan akan beroperasi hingga 2020 untuk mengamati lebih dari 100 miliar bintang di galaksi. Observasi Gaia ini akan membantu pembuatan peta 3D galaksi. Sehingga dapat memahami lebih jauh tentang struktur dan evolusi, demikian mengutip
Business Insider, Rabu (25/4).
(eks)