Jakarta, CNN Indonesia -- Mitsubishi Xpander menjadi fenomenal di pasar otomotif Indonesia sejak diluncurkan akhir tahun lalu. Hal itu dibuktikan dengan angka inden Xpander telah mencapai 66 ribu unit per April yang menyebabkan inden menjadi cukup panjang mencapai enam bulan.
Membludaknya angka surat pemesanan kendaraan (SPK) Xpander menjadi keuntungan bagi manufaktur Mitsubishi. Citra perusahaan terdongkrak sebagai produsen kendaraan penumpang di Indonesia. Namun di balik kisah manis tersebut tersimpan cerita keluh kesah tenaga penjual Mitsubishi.
Ditemui
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, seorang tenaga penjual menceritakan jika Xpander menjadi penyemangat dirinya untuk berjualan mobil Mitsubishi. Bahkan pencapaiannya dalam satu bulan sebagian besarnya adalah MPV tujuh penumpang pesaing Avanza itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya sangat mudah meniagakan Xpander daripada model Mitsubishi lain. Ironisnya, seiring menjulang tinggi inden Xpander, ternyata dikeluhkan tidak hanya oleh konsumen. Tenaga penjual Mitsubishi juga mengeluhkan hal serupa.
"Saya janjikan empat bulan (sesuai arahan) sampai di rumah, tapi kenyataanya enam bulan. Saya dikejar-kejar konsumen (Xpander)," kata tenaga penjual Mitsubishi yang namanya tidak ingin disebutkan.
Menurutnya kejadian tersebut terjadi tidak hanya pada satu atau dua calon pemilik Xpander yang berhasil Ia ambil hatinya. Dijelaskannya ada beberapa calon konsumen lain.
Pria penjual mobil penumpang Mitsubishi itu mengaku tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu arahan dari Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI).
Kendati demikian hal-hal besar yang bisa memicu pembatalan SPK belum sampai terjadi pada dirinya. Selama masa inden, Ia kerap menghubungi konsumennya dengan memberi informasi tentang perkiraan kedatangan Xpander.
"Jadi selama itu saya harus kasih info ke konsumen," jelasnya.
Kapasitas pabrik Mitsubishi Cikarang, Jawa Barat khusus untuk Xpander awalnya 60 ribu unit per tahun atau 5.000 unit per bulan. Kemudian produksi ditingkatkan menjadi 8.000 unit, sebelum mencapai 10.000 unit per bulan setelah dikucurkan dana investasi sekitar 1 miliar yen (Rp125,7 miliar).
(mik)