Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya dalam dua pekan terakhir, iklim politik Indonesia diramaikan gerakan yang mengambil pendekatan istilah lewat generalisasi topik di media sosial yakni lewat tanda pagar (
hashtag/#).
Dua kubu berseberangan antara tagar #2019GantiPresiden bersinggungan dengan kubu seberang #DiaSibukKerja pada pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB/Car Free Day) di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, 29 April 2018.
Tagar yang paling ramai dibahas dalam satu waktu di Twitter itu kemudian dikenal dengan istilah topik yang sedang populer (
trending topic). Pakar keamanan siber Ismail Fahmi menjelaskan bagaimana sebuah tagar dapat masuk dalam daftar tren terpopuler (
trending topic) di linimasa Twitter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ismail menyatakan indikator yang membuat sebuah tagar menjadi
trending bukanlah jumlah keseluruhan
tweet yang mengandung tagar tersebut, melainkan kenaikan jumlah tweet dalam jangka waktu tertentu.
"
Trending topic itu algoritmanya berdasarkan kecepatan seberapa banyak tagar itu disebut dalam tweet, dalam periode yang singkat," katanya saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Minggu (6/5).
Ia memberi contoh, misalkan sebuah tagar masuk ke daftar
trending topic karena dalam waktu satu jam tagar itu disebut (termasuk
retweet) dalam 3 ribu
tweet.Namun, pada jam berikutnya, tagar itu juga disebut sebanyak 3 ribu kali dalam
tweet. Walaupun jumlahnya tinggi, tetapi hal ini dilihat sebagai sesuatu yang konstan oleh Twitter.
Di sisi lain, jika muncul sebuah tagar baru yang dalam satu jam disebut dalam seribu
tweet, maka tagar itulah yang akan menjadi
trending."Jadi bukan soal jumlah total, tapi kalau kenaikannya signifikan dalam waktu yang singkat, itu jadi
trending," ujar Ismail.
Perbedaan User dan Bot pada Media SosialUntuk membuat sebuah tagar menjadi
trending, seringkali digunakan
bot untuk melakukan posting
tweet maupun me-ReTweet agar jumlah tweet yang mengandung sebuah tagar naik dalam jumlah besar.
Ismail mengungkapkan cara membedakan bot dengan
user adalah dengan memerhatikan pola
posting tweet maupun
ReTweet-nya.
"Bot cenderung diprogram untuk me-
ReTweet akun-akun tertentu, biasanya hanya satu atau dua orang yang itu-itu saja. Kalau manusia biasanya tidak hanya me-
ReTweet satu orang," tuturnya.
(kid)