Mengenal Erupsi Freatik Gunung Merapi

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mei 2018 13:24 WIB
Erupsi freatik tidak terjadi di semua gunung, tapi paling mungkin terjadi ketika magma bersentuhan dengan air pada gunung yang punya batuan beku yang kuat.
Letusan freatik di Gunung Merapi, Yogyakarta (BPBD Magelang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat di sekitar Kabupaten Klaten, Megelang, Boyolali dan Sleman pada Jumat (11/5) dikejutkan dengan asap putih yang dimuntahkan Gunung Merapi. Gunung yang masih aktif tersebut mengalami letusan freaktik yang disebut sering terjadi di gunung berapi.

Namun menurut studi, erupsi freatik tidak terjadi di semua gunung. Letusan ini paling mungkin terjadi pada gunung dengan parameter batuan yang agak terbatas. Misalnya, batuan beku yang tidak terlalu kuat.

Freatik membuat gunung memuntahkan material debu vulkanik, namun tidak melelehkan magma. Dia berbeda dari erupsi lava yang melelehkan cairan magma dan cenderung tidak meletus. Erupsi freatik juga bisa terjadi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muntahan debunya juga tidak setinggi jenis erupsi vulkanik yang bisa mencapai ketinggian 20 km. Ketinggian debu erupsi freatik tergantung pada tekanan uap airnya.

Sementara itu, erupsi freatik di Merapi memiliki ketinggian 5,5 km dengan muntahan berupa abu vulkanik, pasir dan material piroklastik (gas panas, abu vulkanik, bebatuan).

Status Gunung Merapi hingga saat ini masih tetap normal (Level I) dengan radius berbahaya adalah 3 kilometer dari puncak kawah.
Bagaimana terjadinya?

Berdasarkan sebab dan material yang dimuntahkannya, erupsi freatik berbeda dengan erupsi gunung berapi lainnya. Beda letusan ini disebabkan karena magma yang keluar bersentuhan dengan air, baik secara langsung atau tidak.

Air yang bersentuhan dengan magma ini bisa berasal dari air tanah, laut, danau, kawah maupun hujan. Ketika persinggungan antara air dan magma yang bersuhu tinggi terjadi, maka air akan menguap di dalam Bumi.

Uap air tersebut kemudian naik melalui retakan tanah dan memanaskan batuan di atasnya. Sementara itu, air dibawah akan mendidih. Tekanan dari uap air yang mendidih ini bisa menyebabkan retakan merambat makin cepat.

Penelitian menunjukkan letusan dimulai dekat permukaan bebas dan bergerak dengan cepat ke bagian lainnya.

Letusan model ini akan hadir di gunung yang memiliki rasio aspek keretakan rata-rata relatif besar (β ~ 10-1) dan konsentrasi retak tidak terlalu rendah (Ω> 10-2), seperti disebutkan pada jurnal penelitian geofisika AGU.

Selain Merapi, Gunung Agung di Bali, Gunung Dempo di Sumatra Selatan, Gunung Dieng di Jawa Tengah, Gunung Marapi di Sumatra Barat, Gunung Gamalama di Maluku Utara dan lainnya juga pernah mengalami erupsi yang sama. (eks)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER