Fisikawan Ungkap Proses Bekukan Es di Padang Gurun

JNP | CNN Indonesia
Senin, 09 Jul 2018 15:39 WIB
Ahli fisika dari University of Pennsylvania mengungkap teknologi yang digunakan masyarakat Persia dan Timur Tengah kuno dalam membekukan air menjadi es.
Ilustrasi. (Foto: Thinkstock/JanPietruszka)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak banyak orang tahu bagaimana manusia di masa lampau membekukan air di padang gurun. Ahli fisika dari University of Pennsylvania mengungkap cara masyarakat peradaban Persia kuno pada 2000 tahun lalu untuk membuat es.

Tanpa mesin pendingin-- layaknya yang dilakukan di era modern, masyarakat Persia kuno ternyata memiliki teknologi sendiri untuk membuat es.

Teknologi yang dinamakan 'night sky cooling' menggunakan proses alamiah berupa tenaga langit di malam hari untuk memulai proses pembekuan air. Padang pasir yang bersuhu kering dan relatif dingin dan tanpa awan di malam hari bisa dengan mudah mengubah suhu air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panas di gurun akan terbawa ke angkasa yang memilii suhu sekitar minus 450 derajat Fahrenheit atau minus 232 Celcius. Panas inilah yang keluar dari air dan mendoron untuk mencapai titik beku pada suhu sekitar 41 derajat Fahrenheit atau 5 derajat Celcius.

Dengan teknologi ini, masyarakat Persia dan Timur Tengah kuno pada sore hari bisa menuangkan air ke kolam-kolam dengan kedalaman 30 hingga 60 centimeter. Setelah itu, mereka akan menunggu proses pembekuan dan kembali ke kolam sebelum matahari terbit.

Saat itulah proses 'memanen' es yang kemudian disimpan di sebuah tempat bernama yakhcal atau lubang es. Tempat ini berbentuk kubah berrongga dan bersekat yang bisa menyimpan es dalam suhu stabil selama berbulan-bulan.

"Kolam air itu akan mengirimkan panas ke atmosfer, konsep ini disebut sebagai thermal radiation. Atmosfer dan molekul-molekul di dialamnya menyerap panas dan mengirimkannya kembali. Namun Atmosfer ini tidak menyerap semua panas tersebut," kata ahli fisika dari University of Pennsylvania, Aaswath Raman.

"Jadi panas "kabur" ke angkasa. Sehingga air di kolam itu mengirimkan panas dengan jumlah yang lebih besar ke langit daripada langit mengirimkan kembali panas tersebut ke air. Oleh karena itu kolam bisa membeku."

Raman menegaskan teknologi kuno tersebut sejatinya bisa diterapkan di era modern seperti sekarang. Yang perlu dilakukan adalah mencari cara untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar dari thermal radiation dalam pembangunan infrastruktur, sistem pengiding, dan atap panel surya. Demikian dilansir Real Clear Science, Senin (9/7).

Pada siang hari, atap akan mengirimkan panas ke angkasa. Taman menjelaskan panas ini bisa mengurangi penggunaan listrik dalam sistem pendingin modern yang notabene menelan 17 persen penggunaan listrik di seluruh dunia. (evn)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER