Jakarta, CNN Indonesia --
Gelombang panas sedang melanda Jepang sejak dua pekan lalu. Kemarin (23/7) suhu memuncak hingga melebihi 40 derajat di satu bagian metropolitan Tokyo. Sementara, di pusat ibu kota temperatur mencapai 39 derajat jelang sore.
Diketahui telah tercatat 77 orang yang tewas dan ribuan lainnya dirawat di rumah sakit akibat panasnya suhu di negara Sakura tersebut.
Dikutip dari
Cosmos Magazine, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menjelaskan gelombang panas terjadi ketika suatu daerah memiliki suhu setidaknya lima derajat celsius lebih tinggi daripada rata-rata suhu maksimum biasanya dalam kurun waktu 30 tahun, selama minimal lima hari berturut-turut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena ini paling sering terjadi di waktu musim panas, ketika sistem tekanan tinggi meliputi sebuah bagian pada lapisan atmosfir bumi. Mengutip layanan prakiraan cuaca nasional Inggirs Met Office, tekanan tinggi ini bergerak lambat dan dapat bertahan di suatu area selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.
Gelombang panas dapat berdampak pada kesehatan manusia, terutama lansia, anak-anak, dan para penderita penyakit kronis. Selain itu, orang-orang yang menghabiskan banyak waktu terpapar sinar matahari seperti atlit dan orang yang bekerja di luar ruangan juga berisiko terkena dampak gelombang panas.
Terbukti, salah satu di antara korban jiwa di Jepang adalah seorang siswa sekolah dasar yang pingsan usai karyawisata ke sebuah taman tak jauh dari sekolahnya.
Gelombang panas akibat lapisan dua sistem tekanan tinggi di atas hampir seluruh wilayah Jepang ini diperkirakan akan mereda pada pekan ini, tapi suhu mungkin masih berada di sekitar 33 derajat celsius.
(age)