Twitter Akhirnya Bungkam Akun Penyebar Konspirasi Alex Jones

Ervina Anggraini | CNN Indonesia
Kamis, 16 Agu 2018 06:06 WIB
Alih-alih memblokir, Twitter kini membungkan akun penyebar teori konspirasi milik Alex Jones.
Ilustrasi Twitter. (Foto: REUTERS/Regis Duvignau)
Jakarta, CNN Indonesia -- Twitter akhinya mengikuti langkah layanan media sosial lain yang sudah lebih dulu mengambil sikap terhadap akun milik Alex Jones, @RealAlexJones.

Namun, langkah yang ditempuh Twitter untuk Jones sedikit berbeda. Alih-alih memblokir akunnya, Twitter justru hanya membungkam dan menonaktifkan beberapa fitur pada akun penyedia konten media konspirasi, Infowars tersebut.

Layanan mikroblogging tersebut mengkonfirmasi sejak Selasa (14/8) akun Jones masih aktif dalam mode read-only selama tujuh hari. Dengan begitu, ia tetap bisa menelusuri cuitan di Twitter, namun tak bisa berinteraksi dengan memberikan cuitan balasan, retweet, hingga memberikan like pada cuitan orang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Cnet, Twitter juga mensyaratkan Jones untuk menghapus cuitan yang memiliki nada negatif. Meski demikian, Twitter tidak memberikan standar cuitan mana saja dianggap bernada menyinggung.

Twitter sebelumnya berkeras tak akan memblokir akun Jones lantaran dianggap tidak menyalahi kebijakan perusahaan.

Sebaliknya, langkah untuk memblokir dan menghapus konten milik Jones yang berisi teori-teori konspirasi sudah lebih dulu ditempuh sejumlah raksasa teknologi seperti Facebook, LinkedIn, Vimeo, Pinterest, Google, YouTube, Spotify, hingga Apple.

Sejumlah perusahaan teknologi mengatakan pihaknya tidak bisa mentoleransi konten yang disebarkan Jones lantaran dianggap menebar kebencian.

Jones mendirikan Infowars hampir dua dekade yang lalu, tepatnya pada tahun 1999. Hingga saat ini, ia memiliki sejumlah besar audiens yang membaca atau mendengarkan teori-teori konspirasinya.

Salah satu teorinya yang cukup populer adalah tentang peristiwa 11 September 2001, ketika terjadi teror di New York dan Washington D. C., Amerika Serikat. Ia beranggapan bahwa kejadian itu merupakan rekayasa dan direncanakan oleh pemerintah AS sendiri. (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER