Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi
peretasan kartu kredit sebenarnya bukan aksi kriminal siber baru. Berbagai macam aksi peretas untuk membobol kartu kredit telah dilakukan lebih dari satu dekade.
Selama lebih dari satu dekade, aksi peretasan selalu mewarnai dunia siber. Salah satunya peretasan kartu kredit. Technical Consultant PT Prosperita ESET Indonesia Yudhi Kukuh mengungkapkan ada lima jenis aksi peretasan yang sering terjadi pada kartu kredit.
"Cara peretasan kartu kredit ada banyak. Maka dari itu, edukasi pengguna internet menjadi penting," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (29/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yudhi menjelaskan 5 aksi peretasan kartu kredit yang paling konvensional hingga yang terbaru. Berikut ulasannya:
1. Skimmer
Yudhi menjelaskan peretasan skimmer merupakan model paling konvensional. Aksi ini dilakukan dengan copy atau foto kartu. "Ini biasanya dilakukan oleh orang yang pegang kartu secara langsung seperti kasir atau bagian pendaftaran," jelas Yudhi.
Dulu, metode ini sempat marak terjadi di sebuah waralaba terkenal. Namun, Yudhi mengakui metode ini sudah jauh berkurang karena flow pembayaran yang berubah. Pasalnya, orang pun sudah mulai aware menjaga keamanan kartu beserta data-datanya.
2. Retas Situs-Catat Log Transaksi
Metode kedua yang tak kalah populer adalah melakukan peretasan situs. Peretas akan mencopy log transaksi dari situs tertentu. "Peretasan ini sempat populer dengan memanfaatkan celah keamanan pada beberapa keranjang belanja situs online," jelas Yudhi.
Peretas akan mencatat log transaksi ke dalam sebuah plain text file.
3. Retas Situs-Pasang Aplikasi
Tidak jauh berbeda dengan metode kedua. Namun, modus ini meretas dengan memasang sebuah aplikasi. Aplikasi tersebut akan mencatat transaksi kartu kredit. Modus ini pembaharuan yang sebelumnya karena keranjang belanja tidak mencatat log transaksi ke dalam sebuah plain text file.
4. Malware Berupa Bot.
Yudhi menjelaskan malware yang terkenal dari aksi ini adalah Zbot (Zeus). "Malware ini memang dirancang khusus untuk peretasan data perbankan," paparnya. Dia menambahkan beberapa varian malware ini sempat beredar di Indonesia.
Untuk jenis seperti ini, bisa diantisipasi dengan penggunaan anti malware pada semua perangkat seperti smartphone, laptop dan komputer.
5. Phising
Terakhir yakni phising seperti yang baru dilakukan peretas Indonesia di Australia. Aksi ini dilakukan dengan melakukan pengiriman email palsu ke target. "Sehingga target terkecoh dan mengisi data sesuai dengan apa yang diinstruksikan pada email tersebut," jelasnya.
Yudhi menjelaskan phising dapat dihindari dengan edukasi pengguna internet.
(age)